Sunday, November 25, 2012

INTELEGENSI KEMATANGAN DAN READINESS


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang masalah
Ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala jiwa. Maka dari itu, psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa yang berkenaan tentang pendidikan, misalnya tentang belajar dan berbagai aspeknya. Dalam hal belajar ini terdapat berbagai aspek yang salah satunya mengenai hal kematangan dalam hal belajar. Dalam buku Child Development, Elizabeth B. Hurlock mengemukakan bahwa perkembangan pribadi manusia itu merupakan hasil atau akibat dari pada kematangan dan belajar.
Mungkin masih sangat membingungkan apa yang dimaksud dengan kematangan,intelegensi, aspek-aspeknya, prinsip-prinsipnya dan hubungan antara anak dengan kematangan dan kesiapan anak dalam belajar. Oleh karena itu, sehubungan dengan judul makalah ini mengenai kematangan maka kami akan mencoba membahasnya sedetail mungkin.

B.   Rumusan Masalah
   Berdasarkan latar belakang masalah diatas,maka masalah penelitian yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.      Memahami ciri-ciri kematangan dan pengaruhnya terhadap readiness
2.      Mendiskripsikan hakekat intelegansi dan pengertiannya

BAB II
PEMBAHASAN

A.    INTELEGENSI
a.       Hakekat intelegensi
Peranan intelegensi dalam proses pendidikan dianggap sedemikian pentingnya sehingga dipandang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar, sedang pada sisi lain ada juga orang-orang yang mengangap intelegensi itu tidak berpengaruh besar terhadap hal tersebut.Banyak teori tentang intelegensi bertolak dari asumsi yang bebeda memberikan rumusan yang berbeda pula. Beberapa teori memperlihatkan kecenderungan yang sama, bahwa intelegensi menunjukan kepada cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang cerdas atau kurang cerdas atau tidak cerdas sama sekali.
Suatu perbuatan yang cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat. Cepat dan tepat dalam memahami unsur –unsur yang ada dalam suatu situasi, dalam melihat hubungan antar unsur, dalam menarik kesimpulan serta dalam mengambil keputusan atau tindakan.
Menurut Spearman ( yang terkenal dengan teori Spearman), ada dua faktor pada kecakapan, yaitu faktor umum ( faktor G atau General factor) dan faktor khusus ( faktor S, Special factors). Faktor umum mendasari hampir semua perbuatan individu, sedang faktor khusus berfungsi dalam perbuatan-perbutan tertentu yang khas.Selanjutnya menurut Spearman faktor G bersifat bawaan sedang faktor S merupakan hasil belajar.
Menurut Cyrill Burt menambahkan faktor ketiga, yaitu faktor kelompok ( faktor C ,Common Factors). Menurut Burt di samping faktor umum dan faktor khusus ada faktor kelompok yang merupakan rumpun dari beberapa faktor khusus. Kemampuan dibidang seni merupakan suatu faktor C, sebab seni merupakan suatu rumpun dari seni tari, musik, suara, lukis, pahat, dekorasi, drama, dsb.


b.      Ciri-ciri orang yang intelegen
Menurut teori fungsional, orang yang intelegen (cerdas) umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Cenderung untuk menetapkan dan memperjuangkan tujuan tertentu. Makin cerdas seseorang akan makin cakap dia membuat tujuan sendiri, punya inisiatif sendiri, tidak menunggu perintah belaka. Juga makin tetap pada tujuanya.
2)      Mampu mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk mencari tujuan itu. Makin cerdas seseorang dia makin kritis untuk menyesuaikan dirinya dengan situasi dan menyesuaikan cara-cara baru demi mencapai tujuan.
3)      Mampu untuk oto-kritik, artinya mengkritik diri sendiri dan pandai belajar dari kesalahan-kesalahanya.
Adapun ciri-ciri kematangan intelektual atau perilaku individu yang memiliki kecerdasan tinggi.
1)      Terarah kepada tujuan (purposeful behavior). Perilaku intelegen selalu mempunyai tujuan dan di arahkan kepada pencapaian tujuan tersebut, tidak ada perilaku yang sia-sia.
2)      Tingkah laku terkoordinasi (organized behavior).Seluruh aktivitas dari perilaku intelegen selalu terkoordinasi dengan baik. Tidak ada perilaku yang tidak direncanakan atau tidak terkendali.
3)      Sikap jasmaniah yang baik (physical well toned behavior).
4)      Memiliki daya adaptasi yang tinggi (adaptable behavior). Perilaku cerdas cepat membaca dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak banyak mengeluh atau merasakan hambatan dari lingkungan.
5)      Berorientasi kepada sukses (succes oriented behavior). Perilaku cerdas berorientasi kepada keberhasilan, tidak takut gagal, selalu optimis.
6)      Mempunyai motivasi yang tinggi (clearly motivated behavior). Perilaku cerdas selalu didorong oleh motivasi yang kuat baik yang datangnya dari dalam dirinya maupun dari luar.
7)      Dilakukan dengan cepat (rapid behavior). Perilaku cerdas dilakukan dengan cepat, karena ia dengan cepat pula dapat memahami situsasi atau permasalahan.
8)      Menyangkut kegiatan yang luas (broad behaviors). Perilaku cerdas menyangkut suatu kegiatan yang luas dan kompleks yang membutuhkan pemahaman dan pemikiran yang mendalam.


B.    KEMATANGAN

a.        Pengertian Kematangan
 Kematangan adalah kemampuan seseorang untuk berbuat seseuatu dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah memiliki intelegensi. Intelegensi itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat dan sebagainya) turut mempengaruhi intelegensi seseorang.
Kematang disebabkan karena perubahan “genes” yang mentukan perkembangan struktur fisiologi dalam system saraf, otak dan indra sehingga semua itu memungkuinkan individu matang menngadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus lingkungan.
 Menurut English & English, kematangan adalah “Maturity is the state or condition of complete or adult from structure, and function of anorganism, wether in respect to a single trait or, more often, all traits.” (English & English, 1958: 308)

            Dari definisi di atas dapar diartikan bahwa kematangan adalah keadaan atau kondisi bentuk, struktur dan kondisi yang lengkap atau dewasa pada suatu organism, baik terhadap suatu sifat, bahkan seringkali semua sifat.

            Kematangan (maturity) membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu, yang disebut “readiness” (kesiapan). Readiness yang dimaksud yaitu readiness untuk bertingkah laku yang instingtif,maupun tingkah laku yang dipelajari.
Yang dimaksud dengan tingkah laku instingtif,yaitu suatu pola tingkah laku yang diwariskan (melalui proses hereditas).



 3 ciri tingkah laku instingtif :
1.      Tingkah laku instingtif terjadi menurut pola pertumbuhan herediter.
2.      Tingkah laku instingtif adalah tanpa didahului dengan latihan atau praktek              sebelumnya.
3.      Tingkah laku yang instingtif berulang setiap saat tanpa ada saraf yang menggerakkannya.
Tingkah laku instingtif ini biasanya terjadi karena adanya kematangan seksual,atau fungsi saraf. Yang termasuk tingkah laku yang diwariskan adalah bukan hanya tungkah laku insting reaksi-reaksi psikologis seperti: reflex, takut, berani, haus,lapar, marah, tertawa, dan lain-lain adalah tidak usah dipelajari melainkan sudah diwariskan.
        Tingkah laku apapun yang dipelajari, memerlukan kematangan. Orang tak akan dapat berbuat secara iteligen apabila kapasitas itelektualnya belum memungkinkanya. Untuk itu kematangan dalam struktur otak dan system saraf sangat diperlukan.
Dalam kehidupan individu, banyak hal yang tidak dapat dilakukan atau diperoleh hanya dengan kematangan, melainkan harus dipelajari. Misalnya mengenai, kemampuan berbicara, membaca, menulis dan berhitung. Dalam hal ini melakukan aktivitas-aktivitas semacam itu, kematangan memang tetap diperlukan sebagai penentu readiress untuk belajar.

b.      Prinsip-prinsip pembentukan kematangan.
Seseorang baru dapat belajar tentang sesuatu apabila di dalam dirinya sudah terdapat “readiness” untuk mempelajari sesuatu itu. Ada orang yang mengeratikan readiness sebagai kesiapan atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu.
Readiness dalam belajar melibatkan beberapa faktor yang bersama-sama membentuk readiness, yaitu:
1.      Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis; ini menyangkut pertumbuhan terhadap perlengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indra, dan kapasitas intelektual.
2.      Motivasi; yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan tertentu individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubunagn dengan system kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan.
Dengan demikian, readiness seseorang itu senantiasa mengalami perubahan setiap hari sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fisiologis individu serta adanya desakan-desakan dari lingkungan seseorang.
Perkembangan readiness terjadi dengan mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Adapun prinsip-prinsip tersebut ialah sebagai berikut:
1.      Semua aspek pertumubuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness.
2.      Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu.
3.      Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian inidividu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah.
4.      Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, jelaslah bahwa apa yang telah dicapai oleh seseorang pada masa-masa yang lalu akan mempunyai arti bagi aktifitas-aktifitasnya sekarang. Apa yang telah terjadi pada saat sekarang akan memberikan sumbangan terhadap readiness individu di masa mendatang.

C.    Ciri-ciri Adanya Kematangan
 Mengetahui adanya tahap kematangan suatu sifat sangat penting artinya bagi seorang pendidik atau pengasuh, karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang sebaik-baiknya tehadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagi mereka.
Adanya ciri-ciri kematangan tersebut pada diri si anak adalah ditandai dengan adanya:
1.      Perhatian si anak
2.      Lamanya perhatian berlangsung
3.      Kemajuan jika diajar atau dilatih

Telah banyak percobaan-percobaan diadakan untuk mengetahui sampai dimana seorang anak dapat berkembang hanya atas dasar kodrat dan sejauh mana atas dasar pengajaran ataupun pengalaman. Hasilnya antara lain:
a.       Pada tahun-tahun pertama “kematangan” ini penting karena memungkinan pengajaran atau latihan.
b.      Dalam perkembangan phylogenetic tidak terdapat perbedaan diantara anak kembar dan anak yang berbeda rasanya.
c.       Berlangsungnya secara bersama-sama antar pertumbuhan kodrat (kematangan) dengan pengajaran atau latihan adalah sangat menguntungkan bagi perkembangan anak.

D.    Fungsi Kematangan dalam Proses Perkembangan atau Belajar

Dalam proses perkembangan fungsi kematangan itu adalah sebagai berikut:
a.       Pemberi bahan mentah atau bahan baku bagi sebuah perkembangan misalnya    kematangan otot dan urat kaki sebagai bahan untuk perkembangan berjalan.
b.      Pemberi batas dan kualitas perkembangan, makin baik kualitas perkembangan suatu fungsi akan semakin baik kualitas hasil perkembangan yang akan terjadi dan juga sebaliknya.
c.       Pemberi kemudahan bagi pendidik atau pengasuh apabila melatih, membimbing ataupun mengajarnya.

E.     Kematangan Sebagai Dasar dari Pembentukan Readiness
Pengaruh kondisi jasmaniah terhadap pola tingkah laku atau pengakuan sosial sangat tergantung kepada:
a.       Pengakuan individu yang bersangkutan terhadap diri sendiri (self concept).
b.      Pengakuan dari orang lain atau kelompoknya. Masing-masing individu mempunyai sikap tersendiri terhadap keadaan fisiknya.
Perubahan jasmani memerlukan bantuan “motor learning” agar pertumbuhan itu mencapai kematangan. Kematangan atau pun kondisi fisik baru akan memperoleh pengakuan sosial, apabila individu yang bersangkutan mengusahakan “social learning” (belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta minat-minat kelompok). Dengan diusahakannya hal di atas, diharapkan individu mencapai tingkat-tingkat kematangannya sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhannya, belajarnya, dan lingkungan sosialnya.
Ø  Dasar-Dasar Biologis Tingkah Laku
Tingkah laku individu didasari oleh pertumbuhan biologisnya. System saraf merupakan penggerak tingkah laku manusia secara biologis. System saraf terdiri atas komposisi sel-sel yang disebut neurons. Tiap-tiap neuron mengandung tenaga yang berasal dari proses kimiawi dan elektronik. Apabila mendapat stimulasi, neurons melepaskan dorongan-dorongan elektronis yang merangsang gerakan neurons lainnya guna merangsang gerakan urat-urat dan otot-otot tubuh.
Pusat system saraf terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Itulah yang berfungsi sebagai pengatur gerakan jasmaniah pada tubuh. Berbagai fungsi otak telah dilokalisasi melalui proses-proses kegiatan neural sebagai berikut:
a.       Lokalisasi fungsi otak melalui stimulus elektris dari kimiawi terhadap semua bagian otak.
b.      Lokalisasi fungsi otak melalui pencatatan aktivitas neural di bagian-bagian otak yang berlainan posisi dan manfaat.
c.       Lokalisasi fungsi otak melalui teknik pelukaan (penggarisan jejak-jejak neural).
d.      Lokalisasi melalui penelitian-penelitian neuroanatomis dan komparatif.
e.       Lokalisasi melalui penelitian-penelitian biokimiawi.


Otak-otak kita terdiri dari tiga bagian yaitu:
1.      Cerebrum
Bagian yang mengatur segenap proses mental dan aktivitasnya.
2.      Cerebellum
Bagian yang mengkoordinasi aktifitas urat saraf.

3.      Brain Stem

Bagian pusat-pusat pengatur system badani yang vital seperti jantung, paru-paru, dan respirasi.
Kesadaran individu terhadap stimulus di alam sekitar maupun dalam tubuh dipimpin oleh aktifitas sel-sel khusus di dalam system saraf yang disebut “receptors”.

Tingkah laku manusia dapat terbagi atas dua macam reaksi yaitu:
1.      Respondent behavior; yaitu tingkah laku bersyarat dan tidak sengaja, selalu tergantung kepada stimuli.
2.      Operant behavior, yaitu tingkah laku disengaja dan tidak selalu tergantung kepada stimuli.
F.     Lingkungan atau Kultur Sebagai Penyumbang Pembentuk Readiness
Perkembangan pada diri seorang anak tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur di samping akibat tumbuhnya pada pola jasmaniah. Stimulisasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu mempengaruhi perkembangan mental, kebutuhan, minat, tujuan-tujuan, perasaan, dan karakter individu yang bersangkutan.
Dalam perkembangan kehidupan individu, lingkungan yang dihadapi atau direaksi semakin luas. Meluasnya lingkungan dapat melalui beberapa cara, antara lain:
1.      Perluasan paling nyata adalah dalam arah stimulasi fisik anak. Makin tua umur manusia makin luas pula medan geografis yang dihadapi, dan arah stimulasinya semakin melebar pula.

2.      Manusia yang mengalami perkembangan kapasitas intelektual dan di samping itu pemikirannya meningkat, maka dalam hidupnya terjadi banyak perubahan lingkungan. Dengan perkataan lain, lingkungan banyak mengalami perubahan di dalam diri manusia, misalnya di dalam pengamatannya, kesan-kesannya, ingatannya, imajinasinya, dan yang terlebih penting adalah dalam pemikirannya.


3.      Akibat dari keadaan itu, terjadilah perubahan lingkungan di dalam kemampuan individu membuat keputusan. Perubahan lingkungan itu terjadi akibat belajar serta bertambahnya kematangan manusia. Semakin tua atau dewasa, manusia pun menjadi merdeka dan bertanggung jawab. Dengan adanya kemampuan mengontrol lingkungan yang lebih luas, maka makin banyaklah kesempatan manusia untuk belajar. Dengan makin banyaknya manusia belajar, maka kematangan tidak semakin berkurang, melainkan dapat lestari bahkan mengikat.
  
BAB III
KESIMPULAN

1.      Kematangan adalah kemampuan seseorang untuk berbuat seseuatu dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah memiliki intelegensi. Intelegensi itu ialah faktor total. Berbagai macam jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat dan sebagainya yang turut mempegaruhi intelegensi seseorang).
2.      Prinsip-prinsip pembentukan kematangan, di antaranya:
a.       Semua aspek pertumubuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness.
b.      Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu.
c.       Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian inidividu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah.
d.      Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.
3.       Adanya ciri-ciri kematangan pada diri anak ditandai dengan adanya:
a.       Perhatian si anak
b.      Lamanya perhatian berlangsung
c.       Kemajuan jika diajar atau dilatih.
4.       Dalam proses perkembangan atau belajar, fungsi kematangan itu adalah sebagai berikut:
a.        Pemberi bahan mentah atau bahan baku bagi sebuah perkembangan; misalnya kematangan otot dan urat kaki sebagai bahan untuk perkembangan berjalan.
b.      Pemberi batas dan kualitas perkembangan, makin baik kualitas perkembangan suatu fungsi akan semakin baik kualitas hasil perkembangan yang akan terjadi dan juga sebaliknya.
c.        Pemberi kemudahan bagi pendidik atau pengasuh apabila melatih, membimbing ataupun mengajarnya.
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan perkembangan struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra, sehingga semua itu memungkinkan individu matang dalam mengadakan reaksi-reaksi terhadap stimulus lingkungan. Lingkungan atau kultur juga berperan sebagai penyumbang pembentukan readiness (kesiapan belajar) karena stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu mempengaruhi perkembangan mental, kebutuhan, minat, dan tujuan-tujuan, perasaan, dan karakter individu yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Utomo, Lilik Wahyu. 2007. Psikologi Belajar. Purworejo: Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja
            Rosdakarya.