Saturday, December 8, 2012

HEREDITAS DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN INDIVIDU


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Manusia secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan pengejawantahan manunggalnya berbagai ciri atau karakter hakiki atau sifat kodrati manusia yang seimbang antar berbagai segi yaitu antara segi (i) individu dan social (ii) jasmani dan rokhani (iii)dunia dan akhirat. Individu itu sendiri dalam kamus Ekhols & Shadaly memiliki  makna kata benda dari individual yang berarti orang, perorangan, oknum.
 Individu berarti tidak dapat dipisahkan (undivided), tidak dapat dipisahkan, dan keberadaannya sebagai mahluk yang pilah, tunggal dan khas. Seseorang berbeda dari orang lain karena  cirri-ciri yang khusus itu (Webster’s 743) Setiap individu memiliki ciri dan sifat atu karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Perbedaan inilah yang menyebabkan individu itu unik, karena adanya perbedaan baik dalam ciri, dan sifat atau karakteristik bawaan bahkan karena adanya  pengaruh lingkungan di dalam perkembangannya.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah penelitian yang akan dirumuskan adalah:
1.      Memahami pengertian hereditas dan lingkungan
2.      Memahami pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
3.      Mengidentifikasi sikap guru tehadap perbedaan perilaku anak sebagai akibat dari pengaruh hereditas dan lingkungan


BAB II
HEREDITAS DAN LINGKUNGAN
A. Pengertian Hereditas, Lingkungan dan Pengaruhnya
1.      Pengertian Hereditas
Masing-masing individu lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Ini berarti, bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan/perpindahan dari cairan-cairan “germinal” dari pihak orang tuanya. Menurut Witherington, hereditas adalah suatu proses penurunan sifat-sifat atau benih dari generasi ke generasi lain, melalui plasma benih, bukan dalam bentuk tingkah laku melainkan struktur tubuh. Dengan kata lain hereditas merupakan pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Faktor hereditas ini  merupakan factor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma ) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen – gen.
Adapun yang diturunkan orang tua kepada anaknya adalah sifat strukturnya bukan tigkah lahu yang dperoleh sebagai hasil belajar atau pengalaman. Penurunan sifat-sifat ini mengikuti prinsip-prinsip berikut :
·         Reproduksi
Penurunan sifat-sifatnya hanya berlangsung melalui sel benih.
·         Konformitas (keseragaman)
Proses penurunan sifat akan mengikuti pola jenis ( spesies ) generasi sebelumnya, misalnya manusia akan menurunkan sifat-sifat manusia kepada anaknya.
·         Variasi
Karena jumlah gen-gen dalam setiap kromosom sangat banyak , maka kombinasi gen– gen pada setiap pembuahan akan mempunyai kemungkinan yang banyak pula. Dengan demikian , untuk setiap proses penurunan sifat akan terjadi penurunan yang beraneka ( bervariasi ) antara kakak dan adik mungkin akan berlainan sifatnya.
·         Regresifillial
Penurunan sifat cenderung kearah rata-rata.
Setiap individu yang lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Dalam hereditas ini terdapat beberapa factor yang meliputi:
a.       Bentuk tubuh dan warna kulit
Pengaruh turunan terhadap pertumbuhan jasmani anak. Bagaimanapun tingginya teknologi untuk mengubah bentuk dan warna kulit seseorang, namun factor turunn tidak dapat diabaikan begitu saja.contohnya, bila anak berpembawaan rambut keriting, bagaimanapun berusaha meluruskannya akhirnya kembali keriting.
b.      Sifat- sifat
Sifat- sifat yang dimiliki seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah atau kakek dan nenek, seperti penyabar, pemarah, kikir, dll.
c.       Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan yang bresifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi, atau masalah. Misalnya, mengingat, memahami, berbahasa dsb.
d.      Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantaraberbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang, seperti seni music, matematika, teknik dan agama.
e.       Penyakit
Penyakit yang dibawa sejak lahir akan terus mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rokhani anak.
Hereditas pada individu merupakan bawaan sejak lahir “specific genen. Bawaan/warisan atau hereditas tersebut berasal dari kedua orang tuanya (Genes) dan tidak dapat direkayasa. Bawaan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau kakek-nenek.
Sedangkan menurut Wikipedia hereditas adalah pewarisan watak dari induk ke keturunannya baik secara biologis melalui gen atau secara sosial melalui pewarisan gelar, atau status sosial.  Dari pengertian diatas maka dapat disebutkan faktor hereditas individu meliputi: sifat-sifat kejasmanian, temperamen dan bakat.Jadi, dapat dikatakan atau dapat kita simpulkan  bahwa hereditas merupakan  pewarisan atau pemindahan biologis, karakteristik individu dari pihak orang tua.
2.      Pengertian Lingkungan
Lingkungan, alam sekitar tempat manusia hidup, dan dalam hubungannya dengan alam sekitar tersebut orang yang bersangkutan menunjukan reaksi. Lingkungan adalah segala materiil dan stimulasi dalam dan diluar diri individu. Lingkungan psiologis, lingkungan psikologis dan lingkungan sosio-kultural. Lingkungan psiologis adalah segala kondisi dan materiil didalam dan diluar tubuh. Lingkungan psikologis adalah stimulasi yang diterima individu sejak masa dalam kandungan hingga meninggal. Lingkungan sosio-kultural adalah segala stimulasi interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan atau karya orang lain. Dalam psikologi  lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada didalam atau diluar individu yang bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku, atau perkembangannya.
·         Lingkungan itu wujudnya dapat berupa benda-benda atau objek-objek alam, orang-orang dan karyanya, serta berupa fakta-fakta objektif dalam diri individu, seperti kondisi organ, perubahan-perubahan organ, dll.
  • Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmani dalam tubuh, seperti gizi, vitamin, air, sistem syaraf, dan kesehatan jasmani.
  • Secara kultural, lingkungan mencakup segala stimulasi, interaksi dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan atau karya orang lain.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak pada saat dalam lingkungan prenatal adalah gizi, obat-obatan, usia ibu, radiasi, infeksi dan gangguan fungsi plasenta. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak pada saat berada di lingkungan post natal adalah gizi, kesehatan/penyakit, keadaan social ekonomi, suhu/musim, pendidikan dan lain-lain.
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
a.       Keluarga
a)      M. I. Soelaeman ( 1978 : 4-5 ) mengemukakan pendapat para ahli mengenai pengertian keluarga yaitu :
b)       F.J. Brown berpendapat bahwa ditinjau dari sudut pandang sosiologis, keluarga dapat diartikan dua macam, yaitu : a. dalam arti luas, keluarga meliputi semua di dupihak yang ada hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan “clam” atau marga : b. dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dan anak.
c)      Maciver menyebutkan lima cirri khas keluarga yang umum terdapat dimana-mana, yaitu : a. hubungan berpasangan dua jenis, b. perkawinan atau bentuk ikatan lain yang mengikohkan hubungan tersebut, c. pengakuan akan keturunan, d.kehidupan ekonomis yang diselenggarakan dan dinikmati bersama, dan e. kehidupan berumah tangga.
d)     Sudardja Adiwikarta ( 1988 : 66-67) dan Sigelman&Shaffera ( 1995 : 390-391 ) berpendapat bahwa kelurga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat didunia ( universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang ( terbentuk ) dalam system social yang lebih besar.
Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orangtua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mapan, umumnya sehat dan cepat pertumbuhan badannya dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak mampu. Demikian pula anak yang orang tuanya berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula.
b.      Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agara mampu mengembangakan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock ( 1986: 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan factor penentu bagi perkembangan kepribadian anak ( siswa), baik dalam cara berfikir , bersikap, maupun cara berperilaku. Ada beberapa alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak yaitu :
a)      Para siswa harus hadir di sekolah.
b)      Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini, seiring dengan perkembangan “konsep diri”-nya.
c)      Anak –anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah.
d)     Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses.
e)      Sekolah member kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistic
Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak.Anak yang memasuki sekolah guru berbeda kepribadiannya dengan anak yang masuk STM. Demikian pula yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak bersekolah.
c.       Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal  anak juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya. Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya dengan anak yang tinggal di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif bila dibandingkan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban. Semua perbedaan sikap dan pola pikir di atas adalah akibat pengaruh dari lingkungan masyarakat yang berbeda antara kota dan desa.
d.      Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya mempunyai peranan yang cukup penting terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa decade terakhir ini yaitu :
1. Perubahan struktur kelurga, dari keluarga besar ke keluarga kecil.
2. Kesenjangan antara generasi tua dan generasi muda.
3. Ekspansi jaringan komunikasi diantara kaula muda.
4. Panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa.
Aspek kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebaya adalah:
1)      Social cognitium : kemampuan untuk memikirkan tentang pikiran, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang lain. Kemampuan memahami orang lain berpengaruh kuat terhadap minat remaja untuk bergaul atau membentuk persahabatan dengan teman sebayanya( sigelman&Shaffer, 1995: 372-376).
2)      Konformitas : motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam, dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran(hobi), atau budaya teman sebayanya.
e.       Keadaan Alam sekitar
Keadaan alam sekitar tempat tinggal anak juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Alam tempat tinggal manusia memiliki bentuk yang berbeda, seperti pegunungan, dataran rendah dan daerah pantai. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal. Sebagai contoh, anak yang tinggal di daerah pegunungan akan cenderung bersifat lebih keras daripada anak yang tinggal di daerah pantai, anak yang tinggal di daerah dingin akan berbeda dengan anak yang tinggal di daerah panas. Perbedaan di atas adalah akibat pengaruh keadan alam yang berbeda. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.
Dengan faktor tertentu dan faktor lingkungan tertentu pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Setiap individu lahir dengan hereditas tertentu. Namun individu itu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungannya baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan social. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan lingkungan.
Hubungan antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula. Selain dengan interaksi hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku.Diantara kedua faktor tersebut tidak ada faktor yang lebih dominan karena keduanya saling mengisi dan mempengaruhi satu sama lain. Tidak selamanya yang diinginkan lingkungan kepada seorang anak akan menjadi kenyataan, begitu pula sebaliknya.
B.        Sikap Guru Terhadap Perbedaan Perilaku Anak Sebagai Akibat Adanya Pengaruh Hereditas dan Lingkungan
Sikap seorang guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain: memiliki kualitas pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus (countinuous improvement) melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar dan semacamnya (Sidi, 2003:50). 
Mewujudkan proses kegiatan pendidikan dan pengajaran, maka unsur yang terpenting antara lain adalah bagaimana guru dapat merangsang dan mengarahkan siswa dalam belajar, yang pada gilirannya dapat mendorong siswa dalam pencapaian hasil belajar secara optimal. Mengajar dapat merangsang dan membimbing dengan berbagai pendekatan, dimana setiap pendekatan dapat mengarah pada pencapai tujuan belajar yang berbeda. Tetapi apapun subyeknya mengajar pada hakekatnya adalah menolong siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan ide serta apresiasi yang mengarah pada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa.
Realita yang terjadi juga pada saat ini, keberadaan guru profesional sangat jauh dari apa yang dicita-citakan. Menjamurnya sekolah-sekolah yang rendah mutunya memberikan suatu isyarat bahwa guru profesional hanyalah sebuah wacana yang belum terealisasi secara merata dalam seluruh pendidikan yang ada di Indonesia khususnya di Kabupaten Karimun. Hal ini menimbulkan suatu keprihatinan yang tidak hanya datang dari kalangan akademisi, akan tetapi orang awam juga ikut mengomentari menurunnya pendidikan dan tenaga pengajar yang ada. Kenyataan tersebut menggugah kalangan akademisi, sehingga mereka membuat perumusan untuk meningkatkan kualifikasi guru melalui pemberdayaan dan peningkatan sikap profesionalisme guru dari pelatihan sampai dengan intruksi agar guru memiliki kualifikasi pendidikan minimal Strata 1 (S1).
Guru yang memiliki kemampuan profesional sangat di butuhkan dikalangan masyarakat khususnya di lingkungan sekolah. Karena guru merupakan orang tua yang kedua bagi siswa. Dengan guru siswa akan mendapatkan pelajaran dan ilmu, sehingga siswa bisa termotivasi dan tertarik dengan proses belajar mengajar di sekolah. Sebaliknya apabila guru tidak memiliki kemampuan profesional, maka akan berdampak negatif dengan minat belajarnya.
Ciri-Ciri Guru yang Profesional
Menurut Hamalik (dalam Kunandar, 2007:61-62) ada lima ciri-ciri guru yang dikatakan profesional yaitu:
  • Guru yang waspada secara professional. Ia terus berusaha untuk menjadikan masyarakat sekolah menjadi tempat yang paling baik bagi anak-anak muda. 
  • Mereka yakin akan nilai dan manfaat pekerjaannya. Mereka terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaannya. 
  • Mereka tidak mudah tersinggung oleh larangan-larangan dalam hubungannya dengan kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh beberapa orang untuk menggambarkan profesi keguruan. Mereka secara psikologis lebih matang, sehingga rangsangan-rangsangan terhadap dirinya dapat ditaksir. 
  • Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi yang diperolehnya dari pengamatannya tentang bekerjanya psikologi, biologi, dan antropologi cultural di dalam kelas.Mereka berkeinginan untuk terus tumbuh. 
  • Mereka sadar bahwa di bawah pengaruhnya, sumber-sumber manusia dapat berubah nasibnya.
Syarat-Syarat yang Guru Profesional
Menurut Dian Maya Shofiana (2008:27), guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi:
  • Memiliki bakat sebagai guru. 
  • Memiliki keahlian sebagai guru. 
  • Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. 
  • Memiliki mental yang sehat. 
  • Berbadan sehat. 
  • Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. 
  • Guru adalah manusia berjiwa pancasila. 
  • Guru adalah seorang warga negara yang baik.
Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Minat Belajar  Siswa
Kehadiran guru profesional tentunya akan berakibat positif terhadap perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan maupun dalam keterampilan. Oleh sebab itu, siswa akan antusias dengan apa yang disampaikan oleh guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar. Bila hal itu terlaksana dengan baik, maka apa yang disampaikan oleh guru akan berpengaruh terhadap minat belajar siswa, sehingga siswa tertarik untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya.
Ketertarikan akan menghasilkan minat belajar pada siswa. Minat itu sendiri dipengaruhi oleh faktor psikis, fisik, dan lingkungan yang ketiganya ini saling melengkapi. Minat menjadi sumber yang kuat untuk suatu aktivitas, karena minat siswa dalam belajarnya bergantung pada kemampuan seorang guru dalam proses belajar mengajarnya. Apabila guru memiliki kemampuan sesuai dengan kriteria guru profesional maka minat belajar siswa akan meningkat, dan apabila guru tidak memiliki kemampuan yang sesuai dengan kriteria guru profesional maka minat belajar siswa rendah.
Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat belajar seseorang sangat bergantung dan berpengaruh pada guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan penting yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru juga yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Tetapi fakta yang terjadi pada saat ini, guru kurang mengoptimalkan dirinya sebagai fasilitator dan pendidik. Akibatnya para peserta didik mengalami penurunan minat belajarnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional sangat erat kaitannya untuk meningkatkan minat belajar pada siswa, dimana guru merupakan fasilitator sekaligus mendidik siswa dalam meningkatkan minat belajar siswa sehingga memperoleh prestasi yang memuaskan. Tanpa adanya guru yang profesional maka siswa akan mengalami kendala dalam meningkatkan minat dalam belajarnya dan otomatis prestasi belajarnya akan menurun.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hereditas merupakan faktor yang diturunkan langsung oleh orang tua. Faktor hereditas ini tidak bisa direkayasa, karena faktor hereditas ini yang menjadi faktor utama dalam pertumbuhan dan perkembangan individu. Selain hereditas, ada juga factor lingkungan yang juga berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan Individu.
Hubungan antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula. Selain dengan interaksi hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku.Diantara kedua faktor tersebut tidak ada faktor yang lebih dominan karena keduanya saling mengisi dan mempengaruhi satu sama lain. Tidak selamanya yang diinginkan lingkungan kepada seorang anak akan menjadi kenyataan, begitu pula sebaliknya.  Sebagai seorang pendidik kita harus bersikap professional dalam menghadapi siswa kita. Agar kondisi belajar- mengaajar lebih efektif dan efisien dan terciptanya lingkungan pendidikan yang kondusif.