Saturday, November 24, 2012

RUANG LINGKUP DAN METODE PSIKOLOGI PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
Yang melatar belakangi penulisan makalah ini adalah sebagai tambahan wawasan kepada kita semua dalam hal belajar mengajar. Sebagai calon pendidik kita diharapkan mampu untuk mengendalikan kelas dengan memahami berbagai karakter siswa yang berbeda. Dengan adanya makalah ini kita akan bertamabah wawasan kita  mengenai ilmu psikologi penddidikan itu sendiri.
            Makalah ini berisi tentang sejarah,cakupan dan penerapan metode psikologi pendidikan.  Dengan ini kita diharapkan mampu untuk menghidupkan suasana kelas dan mengenali karakter masing-masing siswa sehingga kita mampu menerapkan sistem belajar kepada setiap masing-masing individu secara merata.
  
BAB II
PEMBAHASAN
A.                Definisi Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan merupakan sub disiplin ilmu psikologi. Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa.  
Psikologi pendidikan merupakan gabungan dari dua bidang studi yang berbeda.
1.      Pertama adalah psikologi yang mempelajari segala sesuatu tentang pikiran dan perilaku manusia serta hubungannya dengan manusia. Tentu saja tidak hanya mempelajari manusia dalam kesendiriannya, melainkan juga mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia lain.
2.      Kedua adalah pendidikan itu sendiri atau lebih khusus adalah sekolah. Jadi, sebagai sebuah subdisiplin ilmu sendiri dalam psikologi, psikologi pendidikan memfokuskan diri pada pemahaman proses pengajaran dan belajar yang mengambil tempat dalam lingkungan formal.
Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang. Psikologi pendidikan dideskripsikan oleh E. L. Thorndike pada tahun 1903 sebagai “middlemen mediating between the science of psychology and the art of teaching”.  Dalam banyak studi, secara singkat, psikologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang mengaplikasikan ilmu psikologi dalam dunia belajar dan guru.

B.                 Sejarah Perkembangan Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah cabang psikologi. Karena psikolgi sebagai ilmu pengetahuan yang masih muda usianya, maka psikologi pendidikan sebagai cabangnya lebih-lebih masih muda usianya. Berhubung dengan itu, ia masih dalam proses perkembangan. Di sana sini masih banyak problem yang masih memerlukan pemecahannya dan  masih banyak hal-hal yang masih perlu pengembangannya. Akan tetapi, walaupun ditinjau dari segi ilmu pengetahuan usianya masih sangat muda, akan tetapi pemikirannya (dalam arti yang menyangkut pendidikan dan problem jiwa) telah dipikirkan oleh orang sejak dahulu kala. Demikianlah misalnya, sampai ada yang mengatakan bahwa saat timbulnya yang mula-mula tentang psikologi pendidikan dapat diikuti jejaknya kembali pada Aristoteles. Bahwa Aristoteles sebagai seorang filsuf telah menyusun periode-periode perkembangan anak, sifat-sifat anak menurut periode dan bentuk pendidikan yang perlu diselenggarakan sesuai dengan periode-periode itu. Walaupun demikian, tentu saja pemikirannya baru merupakan pemikiran secara filsafat, belum merupakan pemikiran psikologi pendidikan.
Upaya-upaya yang bersifat semi ilmiah dipelopori oleh para pendidik, seperti Pestalozzi, Herbart, Frobel dan sebagainya. Mereka itu sering dikatakan sebagai pendidik yang mempsikologikan pendidikan, yaitu dalam wujud upaya memperbaharui pendidikan dengan melalui bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat usia, metode yang sesuai dengan bahan yang diajarkan dan sebagainya, dengan mempertimbangkan tingkat-tingkat usia dan kemampuan anak didik. Pestalozzi misalnya, dengan upayanya itu kemudian sampai pula pada pola tujuan pendidikannya, yang disusun dengan “bahasa” psikologi pendidikan; dikatakan olehnya bahwa tujuan pendidikan adalah tercapainya perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga dan daya-daya jiwa. Adapun Frobel Menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian melalui perkembangan sendiri, akativitas dan kerja sama social dengan semboyan “belajar sambil bekerja”. Herbart bahkan telah menyusun pola rangkaian cara menyampaikan bahan pelajaran, berturut-turut: persiapan, penyajian, asosiasi, generalisasi dan aplikasi. Tentu saja sifat dan luasnya usaha yang mereka hasilkan dan sumbangkan sesuai dengan zamannya, yaitu bahwa psikologi sebenarnya pada zaman itu belum berdiri sebagai ilmu pengetahuan yang otonom.
Akhir abad 19 penelitian-penelitian dalam lapangan psikologi pendidikan secara ilmiah sudah semakin maju. Di Eropa Ebbinghaus mempelajari aspek daya ingatan dalam hubungannya dengan proses pendidikan. Dengan penelitiannya itu misalnya terkenallah Kurve Daya Ingatan, yang menggambarkan, bahwa kemampuan mengingat mengenai sejumlah objek kesan-kesannya semakin lama semakin berkurang (menurun), akan tetapi tidaklah hilang sama sekali.
Pada awal abad 20, pemerintah Prancis merasa perlu untuk mengetahui prestasi belajar para pelajar yang dirasa semakin menurun. Pertanyaannya yang ingin dijawab, apakah prestasi belajar itu semata-mata hanya tergantung pada soal rajin dan malasnya si pelajar, ataukah ada factor kejiwaan atau mental yang ikut memegang peranan. Maka untuk memecahkan problem itu ditunjuklah seorang ahli psikologi yang bernama Alfred Binet. Dengan bantuan Theodore Simon, mereka menyusun sejumlah tugas yang terbentuk dalam sebuah tes baku untuk mengetahui inteligensi para pelajar. Tes ini kemudian dikenal dengan tes Inteligensi. Tes inteligensi Binet-Simon ini sangat terkenal, yang kemudian banyak dipakai di Amerika Serikat, yang di negeri itu mengalami revisi berkali-kali untuk mendapat tingkat kesesuaiannya dengan masyarakat atau orang-orang Amerika. Di antara para ahli yang mengambil bagian dalam revisi-revisi itu misalnya : Stern, Terman, Merril dan sebaagainya.

C.                 Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Jika kita bertanya mengenai lingkup (scope) psikologi pendidikan, maksudnya bertanya tentang apa saja yang dibicarakan oleh psikologi pendidikan, maka berdasarkan berbagai buku psikologi pendidikan akan diperoleh jawaban yang berbeda-beda. Sebagian buku menunjukan lingkup yang luas, sedangkan buku-buku yang lain menunjukkan ingkup yang lebih sempit atau terbatas. Buku yang lingkupnya lebih luas biasanya membahas selain proses belajar juga membahas tentang perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan mental, evaluasi belajar dan sebagainya. Sedangkan buku yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada soal proses belajar mengajar saja.
Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh maksud penulis dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud hanya memberikan pengantar saja, sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada yang lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses belajar, akan tetapi pembahasannya cukup mendalam. Jadi, boleh dikatakan bahwa tidak ada dua buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang lingkup materi yang sama benar.
Walaupun demikian, pada dasarnya psikologi pendidikan membahas hal-hal sebagai berikut:
1.      Hereditas dan Lingkungan
2.      Pertumbuhan dan Perkembangan
3.       Potensial dan Karakteristik Tingkah laku
4.      Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal dan Sosial
5.       Higiene Mental dan Pendidikan
6.       Evaluasi Hasil Pendidikan

D.                Metode-Metode Psikologi Pendidikan
Metode merupakan cara yang digunakan atau jalan yang ditempuh menuju ketujuan tertentu. Maka metode psikologi pendidikan adalah cara yang digunakan atau jalan yang ditempuh untuk sampai pada tujuan psikologi pendidikan, yaitu mendapatkan asas-asas, pokok-pokok, atau prinsip-prinsip tentang tingkah laku anak didik dalam situasi pendidikan dan yang dapat membantu pendidikan. Dalam hal-hal tertentu dan dalam batas-batas tertentu, metode ini juga dapat dipergunakan oleh para pendidik atau para guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem pendidikan.
1.      Metode Observasi
Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku anak didik dalam situasi yang wajar, dilaksanakan dengan berencana, kontinyu dan sistematik, serta diikuti dengan upaya mencatat atau merekam secara lengkap. Dengan sifat wajar, berarti bahwa anak didik itu dalam keadaan tidak dibuat-buat dan tidak mengetahui anak didik itu sedang di observasi. Berencana berarti bahwa sebelum observasi dilaksanakan harus ada persiapan yang matang tentang aspek-aspek tingkah laku yang akan di observasi. Dengan kontinyu berarti bahwa dalam melaksanakan observasi harus bersambungan antara periode yang satu dengan periode yang lain.
2.      Metode Experimen
Experimen merupakan metode psikologi yang paling umum. Biasanya digunakan untuk mencari hubungan antar variabel. Ciri utama dari metode ini adalah peneliti bias mengubah-ubah situasi sesuai dengan tujuan penelitian. Jadi situasi dalam eksperimen sengaja dibuat. Metode ini biasanya digunakan untuk mencari hukum-hukum saja mengenai berbagai tingkah laku dan kurang memperhatiakan perbedaan individu.
3.      Metode Kuesioner
Kuesioner sering disebut juga angket (Prancis : enquete). Berupa daftar yang memuat sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada subjek untuk dikerjakan (dijawab). Jawaban-jawaban itu kemudian dianalisis dan disimpulkan. Pada umumnya jawaban itu sudah tersedia, sehingga subjek tinggal memilih jawaban yang tepat untuk setiap item. Ditinjau dari segi penjawab, dapat dibedakan atas dua macam, yaitu langsung (direct) dan tak langsung (indirect). Disebut langsung jika yang harus menjawab adalah subjek itu sendiri, dan disebut tak langsung jika yang menjawab harus menjawab adalah orang yang mengetahui hal-ikhwalnya subjek itu.
4.      Metode Wawancara
Wawancara adalah Tanya jawab antara si pemeriksa dan orang yang diperiksa dengan tujuan orang tersebut mau mengungkapkan pendapat, pandangan, dan isi hatinya.
5.      Metode Ilmiah
Merupakan prosedur yang sistematik dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan objektif yang terbuka untuk dikritik, dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya. Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
6.      Metode Diferensial
Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik. Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket, dsb) serta menggunakan statistik untuk menganalisis
7.      Metode Klinis
Pada mulanya, metode penyelidikan klinis hanya digunakan oleh para psikiater. Dalam metode ini terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberikan perlakuan pemulihan terhadap kelainan jiwa tersebut.
Metode ini biasa digunakan bagi anak yang mengalami penyimpangan psikologi dan perilaku. Oleh karena itu penggunaan sarana dan alat-alat yang digunakan harus memperhatikan batas kesanggupan siswa, dengan tetap menjaga ketelitian. Sasaran metode ini adalah adalah memastikan sebab timbulnya ketidak normalan perilaku seseorang siswa atau sekelompok kecil siswa. Kemudian berdasarkan kepastian faktor penyebab itu penelitian berupaya memilih dan menentukan cara yang tepat mengatasi penyimpangan tersebut.  
BAB III
KESIMPULAN

Psikologi Pendidikan adalah bagian dari psikologi umum pada mulanya, psikologi pendidikan, dikenalkan oleh Aristoteles secara filsafat. Namun demikian, pemikiran Aristoteles tersebut belum bisa dikatakan sebagai psikologi pendidikan.
Kemudian, upaya-upaya bersifat semi ilmiah pun muncul, diantaranya dipelopori oleh para pendidik, seperti Pestalozzi, Herbar dan Frobel. Lalu pada akhir abad 19, penelitian psikologi pendidikan semakin maju, seperti di Eropa, Ebbinghaus, yang mempelajari aspek daya ingatan dalam hubungannya dengan proses pendidikan.
Selanjutnya , pada awal abad 20, mulailah bermunculan tokoh-tokoh psikologi pendidikan, seperti di Prancis, ada Alfred Binct, Theodore Simon, dan juga di Amerika Serikat, ada Charles H. Judd, E. L. Thorndike dan B. F. Skinner.
Dan ruang lingkup psikologi pendidikan itu sendiri adalah
1.      Hereditas dan Lingkungan.
2.      Pertumbuhan dan Perkembangan.
3.      Potensialitas dan Karakteristik tingkah laku.
4.      Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap individu yang bersifat personal dan social.
5.      Higiene mental dan Pendidikan
6.      Evaluasi hasil Pendidikan. 
Kemudian dari pada itu, terdapat pula metode-metode dalam psikologi pendidikan yang fungsinya adalah sebagi cara atau jalan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari Psikologi Pendidikan. Metode-metode tersebut adalah
1.      Metode Observasi
2.      Metode Experimen dan Test
3.      Metode Kuesioner dan Interview
4.      Metode Ilmiah
5.      Metode Diferensial
6.      Metode Klinis


DARTAR PUSTAKA

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1976. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang.
Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Thoantowi, Ahmad. 1991. Psikologi Pendidikan. Angkasa. Bandung. http://kakadens.blogspot.com/2011/01/ruang-lingkup-psikologi-pendidikan_09.html