BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sebagian
terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar. Belajar
sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau dari media
elektronika, belajar di sekolah, di rumah, di lingkungan kerja, atau di
masyarakat.
Menurut Witherington (1952 h. 165)
“belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai
pola-pola respons yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan”. Menurut Crow and Crow (1958 h. 225) “belajar adalah
diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”, sedangkan
menurut Hilgard (1962 h.252) “belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku
muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”.
Menurut Vesta and Thompson (1970 h. 112)
menyatakan “belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
hasil dari pengalaman”.Menurut Gage and Berliner (1970 h. 256) “belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman”.
Menurut
Cronbach (1954 h. 49-50) mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses
belajar, meliputi tujuan, kesiapan, situasi, interpretasi, respons,
konsekuensi, dan reaksi terhadap kegagalan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka masalah penelitian yang akan dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasikan
pengertian aktivitas belajar ?
2.
Mendiskusikan
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
BAB
II
PEMBAHASAN
a.
Pengertian
Belajar
1.
Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah seluruh
aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan
psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan
psikis berupa ketrampilan terintegrasi.Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi,
mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel,
membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan
hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis
penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional,
merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.
“Pada prinsipnya belajar adalah
berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas
merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar”(Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang
berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan
modern.Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru
sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.
“Kegiatan belajar / aktivitas
belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta
didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan,
pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik ”(Sudjana,2005:105)
Banyak macam- macam kegiatan
(aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak- anak di kelas, tidak hanya
mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich (dalam
Nasution,2004:9), Membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan
(aktifitas siswa), antara lain:
a.
Visual activities (13) seperti membaca,
memperhatikan:gambar, demonstrasi, percobaab, pekerjaan orang lain dan
sebagainya.
b.
Oral activities (43) seperti: menyatakan, merumuskan,
bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi,
interupsi dan sebagainya.
c.
Listening activities (11) seperti mendengarkan uraian,
percakapan, diskusi, music, pidato dan sebagainya.
d.
Writing activities (22) seperti menulis cerita, karangan,
laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.
e.
Drawing activities (8) seperti menggambar, membuat grafik,
peta diagram, pola, dan sebagainya.
f.
Motor activities (47) seperti melakukan percobaan, membuat
konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan
sebagainya.
g.
Mental activities (23) seperti menanggap, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan
sebagainya.
h.
Emotional activities (23) seperti menaruh minat, merasa
bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
2.
Unsur-unsur belajar
Cronbach
(1954 h.49-50), mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar,
yaitu
1. Tujuan.
Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai.Tujuan itu
muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan.
2. Kebiasaan.
Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu
memiliki kesiapan,baik kesiapan fisik dan psikis,kesiapan yang berupa
kematangan untuk melakukan sesuatu,maupun penguasaan pengetahuan dan
kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
3. Situasi.
Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar
ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari,
orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa
yang belajar.Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi
ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari situasi
belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain aspek lain yang
lebih berpengaruh.
4. Interpretasi.
Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat
hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari
hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.
5. Respons.
Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba (trial anderror), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan
ataupun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.
6. Konsekuensi.
Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuesi entah itu keberhasilan
ataupun kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa.
7. Reaksi
terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa
dalam belajar adalah kegagalan.Perasaan ini akan menimbulkan perasaan sedih dan
kecewa.Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bermacam-macam.Kegagalan
bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya,
tetapi juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda
untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut.
3.
Belajar, refleks, dan
insting
Proses
belajar ditandai oleh adanya perubahan padaperilaku individu, tetapi tidak
semua perubahan pada perilaku individu terjadi karena belajar. Perilaku atau
kemampuan tertentu dikuasai oleh individu karena refleks.Untuk menghindarkan
diri dari bahaya atau gangguan-gangguan tertentu, individu melakukan
gerakan-gerakan refleks, seperti mengedipkan mata, menarik tangan dari sengatan
api, meloncat apabila akan terjatuh dll. Gerakan-gerakan ini merupakan
kecakapan yang dimiliki individu tanpa dipelajari, suatu kemampuan pertahanan
diri yang sifatnya otomatis.
4.
Belajar, coba-coba,
kebiasaan, dan pemecahan masalah
Perbuatan
belajar bervariasi mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat
kompleks, dari yang tanpa pemikiran sampai dengan pemikiran yang mendalam.Salah
satu bentuk usaha belajar yang sederhana dan tanpa pemikiran adalah belajar
melalui coba-coba atau trial and error.Banyak
perbuatan yang dilakukan oleh individu hanya melalui coba-coba.Bila pesawat
radio kita tiba-tiba tidak berbunyi, mungkin kita coba buka tutupnya lalu
dipegang dan digoyang-goyangkan bagian tertentu dengan harapan tiba-tiba
berbunyi kembali. Mungkin saja dengan usaha seperti itu berhasil, karena secara
kebetulan memang ada bagian yang
letaknya berubah sedikit, tetapimungkin juga gagal karena penyebabnya tidak
sesederhana itu. Pada waktu ulangan atau ujian para siswa tidak jarang pula
memecahkan soal hanya melalui coba-coba atau tebak-tebakan.Bentuk perubahan
belajar yang cukup kompleks dan menuntut penggunaan kemampuan berpikir yang
cukup tinggi adalah pemecahan masalah.Dalam kehidupannya individu manusia
selalu dihadapkan pada masalah-masalah yang harus dipecahkannya.Sebenarnya
melalui usaha pemecahan masalah inilah manusia mampu berkembang lebih cepat dan
lebih tinggi dari makhluk lainnya. Manusia mampu memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya karena ia memiliki kemampuan berpikir, yaitu kemampuan untuk
menggunakan rasio atau intelek. Dengan kemampuan berpikir ini individu manusia
mampu menganalisis situasi, melihat hubungan antara unsusr-unsur dalam situasi
tersebut, menarik kesimpulan unsure mana yang menjadi kunci pemecahan masalah
tersebut.Belajar melalui kegiatan pemecahan masalah tidak hanya berlangsung
disekolah tetapi juga dirumah, ditempat bermain, dalam situasi kerja dsb,
pemecahan masalah yang sederhana ataupun yang sangat kompleks.
5.
Tipe-tipe belajar
Dalam
buku The Conditions of Learning
(1970) Gagne mengemukakan 8 tipe belajar, yang membentuk suatu hierarki dari
yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu :
a.
Belajar tanda-tanda
atau signal learning.
b.
Belajar
perangsang-jawaban atau stimulus-respons
learning.
c.
Rantai perbuatan atau chaining.
d.
Hubungan verbal atau verbal association.
e.
Belajar membedakan atau
discrimination learning.
f. Belajar
konsep atau concept lerning
g.
Belajar aturan-aturan
atau rule learnig
h.
Belajar pemecahan
masalah atau problem solving earing
b.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar
1.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil Wajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal Kedua faktor
tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan
kualitas hasil belajar.
a)
FaktorInternal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
b)
Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini
dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani.
Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terha dap kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena
keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara
lain adalah:
a.
menjaga pola makan yang sehat
dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena kekurangan gizi
atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk,
sehingga tidak ada gairah untuk belajar;
b.
rajin berolahraga agar tubuh
selalu bugat dan sehat;
c.
istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan
fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi
fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu
masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga
manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun
siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar
yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehat an fungsi mata dan telinga
secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
c)
Faktorpsikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Bebera pa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Bebera pa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
§ Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampu an psiko-fisik dalam
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang
tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak
saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan
kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang
lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive
control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses
belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi
tingkat inteli gensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut
meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi
individu, semakin sulit indivi du itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena
itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain
sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan
belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh
setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat
kecerdasan siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua
dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan
psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada
tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata rata, atau mungkin
lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang
sangat berhar ga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman
terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
§ Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan
belajar siswa. Motivasilah yang mendo rong siswa inginn melakukan kegiatan
belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam
diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku
setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motiva si intrinsik adalah semua faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan
sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu
disuruh-suruh untuk membaca, karena memba ca tidak hanya menjadi aktivitas
kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses
belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena
motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi
intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
a)
Dorongan ingin tahu dan ingin
menyelediki dunia yang lebih luas;
b)
Adanya sifat positif dan kreatif
yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
c)
Adanya keinginan untuk mencapai
prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misal kan
orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
d)
Adanya kebutuhan untuk menguasai
ilmu atau pengeta huan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor
yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan
untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru orangtua,
dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan
memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
§ Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam
psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal
lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan
motivasi, karena memberi penga ruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika
seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa
digunakan. Antara lain, pertama, dengan
membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan,
baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk
mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa
(kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun
performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan
jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau
bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
§ Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memeng aruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan
sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam
belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan
bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,
seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha
mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus
kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik
dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan
tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
§ Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisi
kan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar.
Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu
komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan
mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat
juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melaku kan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki
bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubung an
dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa
akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
d)
Faktor faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor
eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah
(2003) menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
-
Lingkungan sosial
masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat
tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang
kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas
belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memer lukan teman belajar,
diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
-
Lingkungan sosial keluarga.
Lingkungan ini
sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
-
Lingkungan sosial
sekolah,
Seperti guru,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi
siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan
guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimili ki oleh anaknya atau
peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak
memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakat nya.
2) Lingkungan nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkung an nonsosial adalah:
-
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk
dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupa kan faktor-faktor yang dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
-
Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat
belajar, fasilitas belajar, lapanganolahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti
kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain
sebagainya.
-
Faktor materi pelajaran (yang
diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembang an
siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus mengua sai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
kondisi siswa.
A.
Prinsip-prinsip
belajar
Beberapa
prinsip umum belajar :
1.
Belajar merupakan
bagian dari perkembangan.
2.
Belajar berlansung
seumur hidup.
3.
Keberhasilan belajar
dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, factor lingkungan, kematangan serta
usaha dari individu sndiri.
4.
Belajar mencakup semua
aspek kehidupan.
5.
Kegiatan belajar
berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
6.
Belajar berlangsung
dengan guru ataupun tanpa guru.
7.
Belajar yang berencana
dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
8.
Perbuatan belajar
bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling sederhana
sampai dengan yang sangat kompleks.
9.
Dalam belajar dapat
terjadi hambatan-hambatan.
10. Untuk
kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang
lain.
B.
Beberapa
Teori Belajar
1.
Teori disiplin mental
2.
Teori behaviorisme
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Individu
selalu berkembang, sebagian besar perkembangan tersebut diperoleh melalui
belajar.Ada dua hal penting dalam belajar.Pertama belajar berlangsung melalui
pengalaman.Pengalaman sendiri, bersama guru atau teman, menggunakan buku,
internet ataupun pengalaman langsung. Kedua, melalui proses belajar dian.
Perubahan ke arah yang lebih tinggi, lebih berkualitas, lebih baik, tetapi bisa
saja ke arah yang kurang baik, baik yang nampak maupun tidak nampak.Ada
beberapa perubahan yang tidak karena pengalaman, yaitu karena refleks, instink
dan pengaruh obat-obatan.Perubahan demikian tidak termasuk belajar.
Cronbach
menekankan beberapa unsur penting dalam belajar, yaitu: tujuan, kesiapan,
situasi, interpretasi, respons, konsekuensi dan reaksi atas kegagalan. Kegiatan
belajar bisa melalui proses sederhana ataupun kompleks. Belajar yang sederhana
adalah :trial and error, pembiasaan
dan meniru, sedangkan belajar yang komleks adalah belajar penelitian dan
pemecahan masalah. Gagne membagi belajar atas beberapa tipe, yaitu belajar:
tanda-tanda, stimulus-respons, rantai perbuatan, hubungan verbal, belajar
membedakan, konsep, aturan-aturan dan pemecahan masalah.
Proses
dan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor internal baik yang bersifat
fisik maupun psikis, dan factor eksternal dalam lingkungan keluarga, sekolah,
pekerjaan ataupun masyarakat luas. Beberapa prinsip dalam belajar, menegaskan
bahwa belajar: merupakan bagian dari perkembangan, berlangsung seumur hidup,
dipengaruhi faktor bawaan, lingkungan dan kematangan, mencakup semua aspek
kehidupan, berlangsung pada setiap tempat dan waktu, dengan guru atau tanpa
guru, bervariasi dari yang sederhana sampai yang kompleks. Belajar yang
berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi, dalam belajar terjadi
hambatan, dan untuk belajar tertentu atau mengatasi hambatan diperlukan bantuan
dari guru atau yang lain.
B.
Saran
Dari
uraian di atas penulis mengharapkan untuk para pendidik untuk lebih memahami
aktivitas belajar bagi pesertadidikagar proses belajar mengajar berlangsung
dengan lancar.
Dengan
adanya makalah ini penulis mengharapkan adanya kesadaran bagi peserta didik
agar lebih memahami pelajaran dengan baik.
Dengan
adanya makalah ini penulis mengharapkan adanya kepedulian dari pemerintah
mengenai dunia pendidikan untuk para penerus bangsa dengan adanya dukungan
sarana dan prasarana yang memadai.
DAFTAR
PUSTAKA
Wahyu Utomo, Lilik.2007.Psikologi Belajar.Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Syaodih Sukmadinata,Nana.2007.Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya