BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Manusia
secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan pengejawantahan
manunggalnya berbagai ciri atau karakter hakiki atau sifat kodrati manusia yang
seimbang antar berbagai segi yaitu antara segi (i) individu dan social (ii)
jasmani dan rokhani (iii)dunia dan akhirat. Individu itu sendiri dalam kamus
Ekhols & Shadaly memiliki makna kata
benda dari individual yang berarti orang, perorangan, oknum.
Individu berarti tidak dapat dipisahkan
(undivided), tidak dapat dipisahkan, dan keberadaannya sebagai mahluk yang
pilah, tunggal dan khas. Seseorang berbeda dari orang lain karena cirri-ciri yang khusus itu (Webster’s 743) Setiap
individu memiliki ciri dan sifat atu karakteristik bawaan (heredity) dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Perbedaan inilah yang menyebabkan
individu itu unik, karena adanya perbedaan baik dalam ciri, dan sifat atau
karakteristik bawaan bahkan karena adanya
pengaruh lingkungan di dalam perkembangannya.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka masalah penelitian yang akan dirumuskan
adalah:
1. Memahami
pengertian hereditas dan lingkungan
2. Memahami
pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
3. Mengidentifikasi
sikap guru tehadap perbedaan perilaku anak sebagai akibat dari pengaruh
hereditas dan lingkungan
BAB
II
HEREDITAS
DAN LINGKUNGAN
A. Pengertian
Hereditas, Lingkungan dan Pengaruhnya
1. Pengertian
Hereditas
Masing-masing individu lahir ke
dunia dengan suatu hereditas tertentu. Ini berarti, bahwa karakteristik
individu diperoleh melalui pewarisan/perpindahan dari cairan-cairan “germinal”
dari pihak orang tuanya. Menurut Witherington, hereditas adalah suatu proses
penurunan sifat-sifat atau benih dari generasi ke generasi lain, melalui plasma
benih, bukan dalam bentuk tingkah laku melainkan struktur tubuh.
Dengan kata lain hereditas merupakan pewarisan atau pemindahan biologis
karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Faktor hereditas ini merupakan factor pertama yang mempengaruhi
perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala
potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan
ovum oleh sperma ) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen – gen.
Adapun yang diturunkan orang tua
kepada anaknya adalah sifat strukturnya bukan tigkah lahu yang dperoleh sebagai
hasil belajar atau pengalaman. Penurunan sifat-sifat ini mengikuti
prinsip-prinsip berikut :
·
Reproduksi
Penurunan sifat-sifatnya hanya
berlangsung melalui sel benih.
·
Konformitas (keseragaman)
Proses penurunan sifat akan
mengikuti pola jenis ( spesies ) generasi sebelumnya, misalnya manusia akan
menurunkan sifat-sifat manusia kepada anaknya.
·
Variasi
Karena jumlah gen-gen dalam setiap
kromosom sangat banyak , maka kombinasi gen– gen pada setiap pembuahan akan
mempunyai kemungkinan yang banyak pula. Dengan demikian , untuk setiap proses
penurunan sifat akan terjadi penurunan yang beraneka ( bervariasi ) antara
kakak dan adik mungkin akan berlainan sifatnya.
·
Regresifillial
Penurunan sifat cenderung kearah
rata-rata.
Setiap individu yang lahir ke dunia dengan suatu hereditas
tertentu. Dalam hereditas ini terdapat beberapa factor yang meliputi:
a. Bentuk tubuh dan warna kulit
Pengaruh turunan terhadap pertumbuhan jasmani anak.
Bagaimanapun tingginya teknologi untuk mengubah bentuk dan warna kulit
seseorang, namun factor turunn tidak dapat diabaikan begitu saja.contohnya,
bila anak berpembawaan rambut keriting, bagaimanapun berusaha meluruskannya
akhirnya kembali keriting.
b. Sifat- sifat
Sifat- sifat yang dimiliki seseorang adalah salah satu aspek
yang diwarisi dari ibu, ayah atau kakek dan nenek, seperti penyabar, pemarah,
kikir, dll.
c. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan yang bresifat umum untuk
mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi, atau masalah. Misalnya,
mengingat, memahami, berbahasa dsb.
d. Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantaraberbagai
jenis kemampuan yang dimiliki seseorang, seperti seni music, matematika, teknik
dan agama.
e. Penyakit
Penyakit yang dibawa sejak lahir akan terus mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rokhani anak.
Hereditas pada individu merupakan bawaan sejak lahir “specific
genen. Bawaan/warisan atau hereditas tersebut berasal dari kedua orang
tuanya (Genes) dan tidak dapat direkayasa. Bawaan memiliki peranan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir membawa berbagai ragam
warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau kakek-nenek.
Sedangkan menurut Wikipedia hereditas adalah pewarisan watak
dari induk ke keturunannya baik secara biologis melalui gen atau secara sosial
melalui pewarisan gelar, atau status sosial. Dari pengertian diatas maka dapat disebutkan faktor
hereditas individu meliputi: sifat-sifat kejasmanian, temperamen dan bakat.Jadi, dapat dikatakan atau dapat
kita simpulkan bahwa hereditas merupakan
pewarisan atau pemindahan biologis,
karakteristik individu dari pihak orang tua.
2. Pengertian
Lingkungan
Lingkungan,
alam sekitar tempat manusia hidup, dan dalam hubungannya dengan alam sekitar
tersebut orang yang bersangkutan menunjukan reaksi. Lingkungan adalah segala
materiil dan stimulasi dalam dan diluar diri individu. Lingkungan psiologis,
lingkungan psikologis dan lingkungan sosio-kultural. Lingkungan psiologis
adalah segala kondisi dan materiil didalam dan diluar tubuh. Lingkungan psikologis
adalah stimulasi yang diterima individu sejak masa dalam kandungan hingga
meninggal. Lingkungan sosio-kultural adalah segala stimulasi interaksi dan
kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan atau karya orang lain. Dalam psikologi lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada
didalam atau diluar individu yang bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku,
atau perkembangannya.
·
Lingkungan itu wujudnya dapat berupa benda-benda atau
objek-objek alam, orang-orang dan karyanya, serta berupa fakta-fakta objektif
dalam diri individu, seperti kondisi organ, perubahan-perubahan organ, dll.
- Secara fisiologis, lingkungan meliputi
segala kondisi dan material jasmani dalam tubuh, seperti gizi, vitamin,
air, sistem syaraf, dan kesehatan jasmani.
- Secara kultural, lingkungan
mencakup segala stimulasi, interaksi dan kondisi dalam hubungannya dengan
perlakuan atau karya orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
anak pada saat dalam lingkungan prenatal adalah gizi, obat-obatan, usia ibu,
radiasi, infeksi dan gangguan fungsi plasenta. Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak pada saat berada di lingkungan post natal adalah
gizi, kesehatan/penyakit, keadaan social ekonomi, suhu/musim, pendidikan dan
lain-lain.
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan
anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain
sehari-hari dan keadaan sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar
kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya
bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan
rohaninya.
a. Keluarga
a) M. I. Soelaeman ( 1978 : 4-5 ) mengemukakan pendapat para ahli
mengenai pengertian keluarga yaitu :
b) F.J. Brown berpendapat bahwa ditinjau dari
sudut pandang sosiologis, keluarga dapat diartikan dua macam, yaitu : a. dalam
arti luas, keluarga meliputi semua di dupihak yang ada hubungan darah atau
keturunan yang dapat dibandingkan dengan “clam” atau marga : b. dalam arti
sempit keluarga meliputi orang tua dan anak.
c) Maciver menyebutkan lima cirri khas
keluarga yang umum terdapat dimana-mana, yaitu : a. hubungan berpasangan dua
jenis, b. perkawinan atau bentuk ikatan lain yang mengikohkan hubungan
tersebut, c. pengakuan akan keturunan, d.kehidupan ekonomis yang
diselenggarakan dan dinikmati bersama, dan e. kehidupan berumah tangga.
d) Sudardja Adiwikarta ( 1988 : 66-67)
dan Sigelman&Shaffera ( 1995 : 390-391 ) berpendapat bahwa kelurga merupakan
unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap
masyarakat didunia ( universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang (
terbentuk ) dalam system social yang lebih besar.
Keluarga, tempat anak diasuh dan
dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya,
terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orangtua dalam
merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak.
Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap
perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
Anak yang dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang mapan, umumnya sehat dan cepat pertumbuhan badannya
dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak mampu. Demikian pula anak
yang orang tuanya berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula.
b. Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan
formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan
latihan dalam rangka membantu siswa agara mampu mengembangakan potensinya, baik
yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Mengenai peranan sekolah dalam
mengembangkan kepribadian anak, Hurlock ( 1986: 322) mengemukakan bahwa sekolah
merupakan factor penentu bagi perkembangan kepribadian anak ( siswa), baik
dalam cara berfikir , bersikap, maupun cara berperilaku. Ada beberapa alasan
mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan kepribadian
anak yaitu :
a) Para siswa harus hadir di sekolah.
b) Sekolah memberikan pengaruh kepada
anak secara dini, seiring dengan perkembangan “konsep diri”-nya.
c) Anak –anak banyak menghabiskan
waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah.
d) Sekolah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk meraih sukses.
e) Sekolah member kesempatan pertama
kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistic
Sekolah merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk
kecerdasannya. Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai
hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena di
sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya
pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian
anak.Anak yang memasuki sekolah guru berbeda kepribadiannya dengan anak yang
masuk STM. Demikian pula yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola
pikirnya dengan orang yang tidak bersekolah.
c. Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat
tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi
orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut
mempengaruhi perkembangan jiwanya. Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda
pola pikirnya dengan anak yang tinggal di desa. Anak kota umumnya lebih
bersikap dinamis dan aktif bila dibandingkan anak desa yang cenderung bersikap
statis dan lamban. Semua perbedaan sikap dan pola pikir di atas adalah akibat
pengaruh dari lingkungan masyarakat yang berbeda antara kota dan desa.
d. Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya mempunyai
peranan yang cukup penting terutama pada saat terjadinya perubahan dalam
struktur masyarakat pada beberapa decade terakhir ini yaitu :
1. Perubahan struktur kelurga, dari keluarga besar ke
keluarga kecil.
2. Kesenjangan antara generasi tua dan generasi muda.
3. Ekspansi jaringan komunikasi diantara kaula muda.
4. Panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang
dewasa.
Aspek kepribadian remaja yang
berkembang secara menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebaya
adalah:
1) Social cognitium : kemampuan untuk
memikirkan tentang pikiran, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang
lain. Kemampuan memahami orang lain berpengaruh kuat terhadap minat remaja
untuk bergaul atau membentuk persahabatan dengan teman sebayanya( sigelman&Shaffer,
1995: 372-376).
2) Konformitas : motif untuk menjadi
sama, sesuai, seragam, dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran(hobi), atau
budaya teman sebayanya.
e. Keadaan Alam sekitar
Keadaan alam sekitar tempat tinggal
anak juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Alam tempat
tinggal manusia memiliki bentuk yang berbeda, seperti pegunungan, dataran
rendah dan daerah pantai. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak
bertempat tinggal. Sebagai contoh, anak yang tinggal di daerah pegunungan akan
cenderung bersifat lebih keras daripada anak yang tinggal di daerah pantai,
anak yang tinggal di daerah dingin akan berbeda dengan anak yang tinggal di
daerah panas. Perbedaan di atas adalah akibat pengaruh keadan alam yang
berbeda. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola
pikir atau kejiwaan anak.
Dengan
faktor tertentu dan faktor lingkungan tertentu pula maka akan menghasilkan pola
pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Setiap individu lahir dengan
hereditas tertentu. Namun individu itu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari
lingkungannya baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan
social. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil
interaksi dari hereditas dan lingkungan.
Hubungan
antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan cara
yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda
pula. Selain dengan interaksi hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat
pula digambarkan sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku.Diantara kedua
faktor tersebut tidak ada faktor yang lebih dominan karena keduanya saling
mengisi dan mempengaruhi satu sama lain. Tidak selamanya yang diinginkan
lingkungan kepada seorang anak akan menjadi kenyataan, begitu pula sebaliknya.
B.
Sikap Guru Terhadap Perbedaan
Perilaku Anak Sebagai Akibat Adanya Pengaruh Hereditas dan Lingkungan
Sikap
seorang guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal,
antara lain: memiliki kualitas pendidikan profesi yang memadai, memiliki
kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan
produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya,
dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus (countinuous
improvement) melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar dan
semacamnya (Sidi, 2003:50).
Mewujudkan proses kegiatan pendidikan dan pengajaran, maka unsur
yang terpenting antara lain adalah bagaimana guru dapat merangsang dan
mengarahkan siswa dalam belajar, yang pada gilirannya dapat mendorong siswa
dalam pencapaian hasil belajar secara optimal. Mengajar dapat merangsang dan
membimbing dengan berbagai pendekatan, dimana setiap pendekatan dapat mengarah
pada pencapai tujuan belajar yang berbeda. Tetapi apapun subyeknya mengajar
pada hakekatnya adalah menolong siswa dalam memperoleh pengetahuan,
keterampilan, sikap dan ide serta apresiasi yang mengarah pada perubahan
tingkah laku dan pertumbuhan siswa.
Realita yang terjadi juga pada saat ini, keberadaan guru
profesional sangat jauh dari apa yang dicita-citakan. Menjamurnya
sekolah-sekolah yang rendah mutunya memberikan suatu isyarat bahwa guru
profesional hanyalah sebuah wacana yang belum terealisasi secara merata dalam
seluruh pendidikan yang ada di Indonesia khususnya di Kabupaten Karimun. Hal
ini menimbulkan suatu keprihatinan yang tidak hanya datang dari kalangan
akademisi, akan tetapi orang awam juga ikut mengomentari menurunnya pendidikan
dan tenaga pengajar yang ada. Kenyataan tersebut menggugah kalangan akademisi,
sehingga mereka membuat perumusan untuk meningkatkan kualifikasi guru melalui
pemberdayaan dan peningkatan sikap profesionalisme guru dari pelatihan sampai
dengan intruksi agar guru memiliki kualifikasi pendidikan minimal Strata 1
(S1).
Guru yang memiliki kemampuan profesional sangat di butuhkan
dikalangan masyarakat khususnya di lingkungan sekolah. Karena guru merupakan
orang tua yang kedua bagi siswa. Dengan guru siswa akan mendapatkan pelajaran
dan ilmu, sehingga siswa bisa termotivasi dan tertarik dengan proses belajar
mengajar di sekolah. Sebaliknya apabila guru tidak memiliki kemampuan
profesional, maka akan berdampak negatif dengan minat belajarnya.
Ciri-Ciri Guru yang
Profesional
Menurut Hamalik (dalam Kunandar, 2007:61-62) ada lima ciri-ciri
guru yang dikatakan profesional yaitu:
- Guru yang waspada secara professional. Ia terus
berusaha untuk menjadikan masyarakat sekolah menjadi tempat yang paling
baik bagi anak-anak muda.
- Mereka yakin akan nilai dan manfaat pekerjaannya.
Mereka terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan mutu
pekerjaannya.
- Mereka tidak mudah tersinggung oleh larangan-larangan
dalam hubungannya dengan kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh beberapa
orang untuk menggambarkan profesi keguruan. Mereka secara psikologis lebih
matang, sehingga rangsangan-rangsangan terhadap dirinya dapat
ditaksir.
- Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi
yang diperolehnya dari pengamatannya tentang bekerjanya psikologi,
biologi, dan antropologi cultural di dalam kelas.Mereka berkeinginan untuk
terus tumbuh.
- Mereka sadar bahwa di bawah pengaruhnya, sumber-sumber
manusia dapat berubah nasibnya.
Syarat-Syarat
yang Guru Profesional
Menurut Dian Maya Shofiana (2008:27), guru profesional harus
memiliki persyaratan, yang meliputi:
- Memiliki bakat sebagai guru.
- Memiliki keahlian sebagai guru.
- Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
- Memiliki mental yang sehat.
- Berbadan sehat.
- Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
- Guru adalah manusia berjiwa pancasila.
- Guru adalah seorang warga negara yang baik.
Pengaruh
Profesionalisme Guru Terhadap Minat Belajar Siswa
Kehadiran guru profesional tentunya akan berakibat positif
terhadap perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan maupun dalam keterampilan.
Oleh sebab itu, siswa akan antusias dengan apa yang disampaikan oleh guru yang
bertindak sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar. Bila hal
itu terlaksana dengan baik, maka apa yang disampaikan oleh guru akan
berpengaruh terhadap minat belajar siswa, sehingga siswa tertarik untuk lebih
meningkatkan prestasi belajarnya.
Ketertarikan akan menghasilkan minat belajar pada siswa. Minat itu
sendiri dipengaruhi oleh faktor psikis, fisik, dan lingkungan yang ketiganya
ini saling melengkapi. Minat menjadi sumber yang kuat untuk suatu aktivitas,
karena minat siswa dalam belajarnya bergantung pada kemampuan seorang guru
dalam proses belajar mengajarnya. Apabila guru memiliki kemampuan sesuai dengan
kriteria guru profesional maka minat belajar siswa akan meningkat, dan apabila guru
tidak memiliki kemampuan yang sesuai dengan kriteria guru profesional maka
minat belajar siswa rendah.
Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat dan
perhatian siswa dalam belajar. Minat belajar seseorang sangat bergantung
dan berpengaruh pada guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan
penting yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah yang berada di
barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru juga yang langsung
berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan
teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan
keteladanan. Tetapi fakta yang terjadi pada saat ini, guru kurang
mengoptimalkan dirinya sebagai fasilitator dan pendidik. Akibatnya para peserta
didik mengalami penurunan minat belajarnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa guru yang
profesional sangat erat kaitannya untuk meningkatkan minat belajar pada siswa,
dimana guru merupakan fasilitator sekaligus mendidik siswa dalam meningkatkan
minat belajar siswa sehingga memperoleh prestasi yang memuaskan. Tanpa adanya
guru yang profesional maka siswa akan mengalami kendala dalam meningkatkan
minat dalam belajarnya dan otomatis prestasi belajarnya akan menurun.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hereditas
merupakan faktor yang diturunkan langsung oleh orang tua. Faktor hereditas ini
tidak bisa direkayasa, karena faktor hereditas ini yang menjadi faktor utama
dalam pertumbuhan dan perkembangan individu. Selain hereditas, ada juga factor
lingkungan yang juga berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan Individu.
Hubungan
antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan cara
yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda
pula. Selain dengan interaksi hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat
pula digambarkan sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku.Diantara kedua
faktor tersebut tidak ada faktor yang lebih dominan karena keduanya saling
mengisi dan mempengaruhi satu sama lain. Tidak selamanya yang diinginkan
lingkungan kepada seorang anak akan menjadi kenyataan, begitu pula sebaliknya. Sebagai seorang pendidik kita harus bersikap
professional dalam menghadapi siswa kita. Agar kondisi belajar- mengaajar lebih
efektif dan efisien dan terciptanya lingkungan pendidikan yang kondusif.