BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang masalah
Ilmu
psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala jiwa. Maka dari itu, psikologi
pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa yang
berkenaan tentang pendidikan, misalnya tentang belajar dan berbagai aspeknya.
Dalam hal belajar ini terdapat berbagai aspek yang salah satunya mengenai hal
kematangan dalam hal belajar. Dalam buku Child
Development, Elizabeth B. Hurlock mengemukakan bahwa perkembangan pribadi manusia itu
merupakan hasil atau akibat dari pada kematangan dan belajar.
Mungkin
masih sangat membingungkan apa yang dimaksud dengan kematangan,intelegensi, aspek-aspeknya,
prinsip-prinsipnya dan hubungan antara anak dengan kematangan dan kesiapan anak
dalam belajar. Oleh karena itu, sehubungan dengan judul makalah ini mengenai
kematangan maka kami akan mencoba membahasnya sedetail mungkin.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,maka masalah penelitian yang
akan dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.
Memahami ciri-ciri kematangan dan pengaruhnya terhadap
readiness
2.
Mendiskripsikan hakekat intelegansi dan pengertiannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. INTELEGENSI
a. Hakekat
intelegensi
Peranan
intelegensi dalam proses pendidikan dianggap sedemikian pentingnya sehingga
dipandang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar, sedang pada
sisi lain ada juga orang-orang yang mengangap intelegensi itu tidak berpengaruh
besar terhadap hal tersebut.Banyak teori tentang intelegensi bertolak dari
asumsi yang bebeda memberikan rumusan yang berbeda pula. Beberapa teori memperlihatkan
kecenderungan yang sama, bahwa intelegensi menunjukan kepada cara individu
berbuat, apakah berbuat dengan cara yang cerdas atau kurang cerdas atau tidak
cerdas sama sekali.
Suatu
perbuatan yang cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat. Cepat dan
tepat dalam memahami unsur –unsur yang ada dalam suatu situasi, dalam melihat
hubungan antar unsur, dalam menarik kesimpulan serta dalam mengambil keputusan
atau tindakan.
Menurut
Spearman ( yang terkenal dengan teori Spearman), ada dua faktor pada kecakapan,
yaitu faktor umum ( faktor G atau General
factor) dan faktor khusus ( faktor S, Special
factors). Faktor umum mendasari hampir semua perbuatan individu, sedang
faktor khusus berfungsi dalam perbuatan-perbutan tertentu yang khas.Selanjutnya
menurut Spearman faktor G bersifat bawaan sedang faktor S merupakan hasil
belajar.
Menurut
Cyrill Burt menambahkan faktor ketiga, yaitu faktor kelompok ( faktor C ,Common Factors). Menurut Burt di
samping faktor umum dan faktor khusus ada faktor kelompok yang merupakan rumpun
dari beberapa faktor khusus. Kemampuan dibidang seni merupakan suatu faktor C,
sebab seni merupakan suatu rumpun dari seni tari, musik, suara, lukis, pahat,
dekorasi, drama, dsb.
b.
Ciri-ciri orang yang intelegen
Menurut
teori fungsional, orang yang intelegen (cerdas) umumnya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Cenderung
untuk menetapkan dan memperjuangkan tujuan tertentu. Makin cerdas seseorang
akan makin cakap dia membuat tujuan sendiri, punya inisiatif sendiri, tidak menunggu
perintah belaka. Juga makin tetap pada tujuanya.
2) Mampu
mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk mencari tujuan itu. Makin cerdas
seseorang dia makin kritis untuk menyesuaikan dirinya dengan situasi dan
menyesuaikan cara-cara baru demi mencapai tujuan.
3) Mampu
untuk oto-kritik, artinya mengkritik diri sendiri dan pandai belajar dari
kesalahan-kesalahanya.
Adapun ciri-ciri
kematangan intelektual atau perilaku individu yang memiliki kecerdasan tinggi.
1) Terarah
kepada tujuan (purposeful behavior).
Perilaku intelegen selalu mempunyai tujuan dan di arahkan kepada pencapaian
tujuan tersebut, tidak ada perilaku yang sia-sia.
2)
Tingkah laku terkoordinasi (organized behavior).Seluruh aktivitas
dari perilaku intelegen selalu terkoordinasi dengan baik. Tidak ada perilaku
yang tidak direncanakan atau tidak terkendali.
3)
Sikap jasmaniah yang baik (physical well toned behavior).
4)
Memiliki daya adaptasi yang tinggi (adaptable behavior). Perilaku cerdas
cepat membaca dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak banyak mengeluh
atau merasakan hambatan dari lingkungan.
5)
Berorientasi kepada sukses (succes
oriented behavior). Perilaku cerdas berorientasi kepada keberhasilan, tidak
takut gagal, selalu optimis.
6)
Mempunyai motivasi yang tinggi (clearly motivated behavior). Perilaku
cerdas selalu didorong oleh motivasi yang kuat baik yang datangnya dari dalam
dirinya maupun dari luar.
7)
Dilakukan dengan cepat (rapid behavior). Perilaku cerdas dilakukan
dengan cepat, karena ia dengan cepat pula dapat memahami situsasi atau permasalahan.
8)
Menyangkut kegiatan yang luas (broad behaviors). Perilaku cerdas
menyangkut suatu kegiatan yang luas dan kompleks yang membutuhkan pemahaman dan
pemikiran yang mendalam.
B.
KEMATANGAN
a. Pengertian Kematangan
Kematangan
adalah kemampuan seseorang untuk berbuat seseuatu dengan cara-cara tertentu.
Singkatnya ia telah memiliki intelegensi. Intelegensi itu ialah faktor total
berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi,
perasaan, perhatian, minat dan sebagainya) turut mempengaruhi intelegensi
seseorang.
Kematang disebabkan karena perubahan “genes” yang
mentukan perkembangan struktur fisiologi dalam system saraf, otak dan indra
sehingga semua itu memungkuinkan individu matang menngadakan reaksi-reaksi
terhadap setiap stimulus lingkungan.
Menurut
English & English, kematangan adalah “Maturity
is the state or condition of complete or adult from structure, and function of
anorganism, wether in respect to a single trait or, more often, all traits.”
(English & English, 1958: 308)
Dari definisi di atas dapar diartikan bahwa kematangan adalah keadaan atau kondisi bentuk, struktur dan kondisi yang lengkap atau dewasa pada suatu organism, baik terhadap suatu sifat, bahkan seringkali semua sifat.
Kematangan (maturity) membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu, yang disebut “readiness” (kesiapan). Readiness yang dimaksud yaitu readiness untuk bertingkah laku yang instingtif,maupun tingkah laku yang dipelajari. Yang dimaksud dengan tingkah laku instingtif,yaitu suatu pola tingkah laku yang diwariskan (melalui proses hereditas).
3 ciri
tingkah laku instingtif :
1. Tingkah
laku instingtif terjadi menurut pola pertumbuhan herediter.
2. Tingkah
laku instingtif adalah tanpa didahului dengan latihan atau praktek sebelumnya.
3. Tingkah
laku yang instingtif berulang setiap saat tanpa ada saraf yang menggerakkannya.
Tingkah laku instingtif ini biasanya
terjadi karena adanya kematangan seksual,atau fungsi saraf. Yang termasuk
tingkah laku yang diwariskan adalah bukan hanya tungkah laku insting
reaksi-reaksi psikologis seperti: reflex, takut, berani, haus,lapar, marah,
tertawa, dan lain-lain adalah tidak usah dipelajari melainkan sudah diwariskan.
Tingkah laku apapun yang dipelajari,
memerlukan kematangan. Orang tak akan dapat berbuat secara iteligen apabila
kapasitas itelektualnya belum memungkinkanya. Untuk itu kematangan dalam
struktur otak dan system saraf sangat diperlukan.
Dalam
kehidupan individu, banyak hal yang tidak dapat dilakukan atau diperoleh hanya
dengan kematangan, melainkan harus dipelajari. Misalnya mengenai, kemampuan
berbicara, membaca, menulis dan berhitung. Dalam hal ini melakukan
aktivitas-aktivitas semacam itu, kematangan memang tetap diperlukan sebagai penentu
readiress untuk belajar.
b.
Prinsip-prinsip pembentukan kematangan.
Seseorang
baru dapat belajar tentang sesuatu apabila di dalam dirinya sudah terdapat
“readiness” untuk mempelajari sesuatu itu. Ada orang yang mengeratikan readiness
sebagai kesiapan atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu.
Readiness
dalam belajar melibatkan beberapa faktor yang bersama-sama membentuk readiness,
yaitu:
1. Perlengkapan
dan pertumbuhan fisiologis; ini menyangkut pertumbuhan terhadap perlengkapan
pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indra, dan kapasitas intelektual.
2. Motivasi;
yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan tertentu individu untuk
mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubunagn dengan system
kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan.
Dengan demikian, readiness seseorang itu
senantiasa mengalami perubahan setiap hari sebagai akibat dari pertumbuhan dan
perkembangan fisiologis individu serta adanya desakan-desakan dari lingkungan
seseorang.
Perkembangan readiness terjadi dengan
mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Adapun prinsip-prinsip tersebut ialah sebagai
berikut:
1. Semua
aspek pertumubuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness.
2. Pengalaman
seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu.
3. Pengalaman
mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian
inidividu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah.
4. Apabila
readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang,
maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi
perkembangan pribadinya.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut,
jelaslah bahwa apa yang telah dicapai oleh seseorang pada masa-masa yang lalu
akan mempunyai arti bagi aktifitas-aktifitasnya sekarang. Apa yang telah
terjadi pada saat sekarang akan memberikan sumbangan terhadap readiness
individu di masa mendatang.
C.
Ciri-ciri Adanya Kematangan
Mengetahui adanya tahap
kematangan suatu sifat sangat penting artinya bagi seorang pendidik atau pengasuh,
karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang sebaik-baiknya
tehadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagi mereka.
Adanya ciri-ciri kematangan tersebut
pada diri si anak adalah ditandai dengan adanya:
1. Perhatian
si anak
2. Lamanya
perhatian berlangsung
3. Kemajuan
jika diajar atau dilatih
Telah banyak percobaan-percobaan
diadakan untuk mengetahui sampai dimana seorang anak dapat berkembang hanya
atas dasar kodrat dan sejauh mana atas dasar pengajaran ataupun pengalaman.
Hasilnya antara lain:
a. Pada
tahun-tahun pertama “kematangan” ini penting karena memungkinan pengajaran atau
latihan.
b. Dalam
perkembangan phylogenetic tidak terdapat perbedaan diantara anak kembar dan
anak yang berbeda rasanya.
c. Berlangsungnya
secara bersama-sama antar pertumbuhan kodrat (kematangan) dengan pengajaran
atau latihan adalah sangat menguntungkan bagi perkembangan anak.
D.
Fungsi Kematangan dalam Proses
Perkembangan atau Belajar
Dalam proses perkembangan fungsi kematangan itu
adalah sebagai berikut:
a. Pemberi
bahan mentah atau bahan baku bagi sebuah perkembangan misalnya kematangan otot dan urat kaki sebagai bahan
untuk perkembangan berjalan.
b. Pemberi
batas dan kualitas perkembangan, makin baik kualitas perkembangan suatu fungsi
akan semakin baik kualitas hasil perkembangan yang akan terjadi dan juga
sebaliknya.
c. Pemberi
kemudahan bagi pendidik atau pengasuh apabila melatih, membimbing ataupun
mengajarnya.
E.
Kematangan Sebagai Dasar dari
Pembentukan Readiness
Pengaruh kondisi jasmaniah terhadap pola
tingkah laku atau pengakuan sosial sangat tergantung kepada:
a.
Pengakuan individu yang bersangkutan
terhadap diri sendiri (self concept).
b.
Pengakuan dari orang lain atau
kelompoknya. Masing-masing individu mempunyai sikap tersendiri terhadap keadaan
fisiknya.
Perubahan jasmani memerlukan bantuan
“motor learning” agar pertumbuhan itu mencapai kematangan. Kematangan atau pun
kondisi fisik baru akan memperoleh pengakuan sosial, apabila individu yang
bersangkutan mengusahakan “social
learning” (belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta minat-minat kelompok). Dengan
diusahakannya hal di atas, diharapkan individu mencapai tingkat-tingkat
kematangannya sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhannya, belajarnya, dan
lingkungan sosialnya.
Ø Dasar-Dasar
Biologis Tingkah Laku
Tingkah
laku individu didasari oleh pertumbuhan biologisnya. System saraf merupakan
penggerak tingkah laku manusia secara biologis. System saraf terdiri atas
komposisi sel-sel yang disebut neurons. Tiap-tiap neuron mengandung tenaga yang
berasal dari proses kimiawi dan elektronik. Apabila mendapat stimulasi, neurons
melepaskan dorongan-dorongan elektronis yang merangsang gerakan neurons lainnya
guna merangsang gerakan urat-urat dan otot-otot tubuh.
Pusat
system saraf terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Itulah yang
berfungsi sebagai pengatur gerakan jasmaniah pada tubuh. Berbagai fungsi otak
telah dilokalisasi melalui proses-proses kegiatan neural sebagai berikut:
a. Lokalisasi
fungsi otak melalui stimulus elektris dari kimiawi terhadap semua bagian otak.
b. Lokalisasi
fungsi otak melalui pencatatan aktivitas neural di bagian-bagian otak yang
berlainan posisi dan manfaat.
c. Lokalisasi
fungsi otak melalui teknik pelukaan (penggarisan jejak-jejak neural).
d. Lokalisasi
melalui penelitian-penelitian neuroanatomis dan komparatif.
e. Lokalisasi
melalui penelitian-penelitian biokimiawi.
Otak-otak kita terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Cerebrum
Bagian yang mengatur segenap proses mental dan aktivitasnya.
Bagian yang mengatur segenap proses mental dan aktivitasnya.
2. Cerebellum
Bagian yang mengkoordinasi aktifitas urat saraf.
Bagian yang mengkoordinasi aktifitas urat saraf.
3. Brain
Stem
Bagian pusat-pusat
pengatur system badani yang vital seperti jantung, paru-paru, dan respirasi.
Kesadaran individu terhadap stimulus di
alam sekitar maupun dalam tubuh dipimpin oleh aktifitas sel-sel khusus di dalam
system saraf yang disebut “receptors”.
Tingkah
laku manusia dapat terbagi atas dua macam reaksi yaitu:
1. Respondent
behavior; yaitu tingkah laku bersyarat dan tidak sengaja, selalu tergantung
kepada stimuli.
2. Operant
behavior, yaitu tingkah laku disengaja dan tidak selalu tergantung kepada
stimuli.
F.
Lingkungan atau Kultur Sebagai
Penyumbang Pembentuk Readiness
Perkembangan pada diri seorang anak
tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur di samping akibat tumbuhnya pada
pola jasmaniah. Stimulisasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu
mempengaruhi perkembangan mental, kebutuhan, minat, tujuan-tujuan, perasaan,
dan karakter individu yang bersangkutan.
Dalam perkembangan kehidupan individu,
lingkungan yang dihadapi atau direaksi semakin luas. Meluasnya lingkungan dapat
melalui beberapa cara, antara lain:
1. Perluasan
paling nyata adalah dalam arah stimulasi fisik anak. Makin tua umur manusia
makin luas pula medan geografis yang dihadapi, dan arah stimulasinya semakin melebar
pula.
2. Manusia
yang mengalami perkembangan kapasitas intelektual dan di samping itu
pemikirannya meningkat, maka dalam hidupnya terjadi banyak perubahan
lingkungan. Dengan perkataan lain, lingkungan banyak mengalami perubahan di
dalam diri manusia, misalnya di dalam pengamatannya, kesan-kesannya,
ingatannya, imajinasinya, dan yang terlebih penting adalah dalam pemikirannya.
3. Akibat
dari keadaan itu, terjadilah perubahan lingkungan di dalam kemampuan individu
membuat keputusan. Perubahan lingkungan itu terjadi akibat belajar serta
bertambahnya kematangan manusia. Semakin tua atau dewasa, manusia pun menjadi
merdeka dan bertanggung jawab. Dengan adanya kemampuan mengontrol lingkungan
yang lebih luas, maka makin banyaklah kesempatan manusia untuk belajar. Dengan
makin banyaknya manusia belajar, maka kematangan tidak semakin berkurang,
melainkan dapat lestari bahkan mengikat.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kematangan
adalah kemampuan seseorang untuk berbuat seseuatu dengan cara-cara tertentu. Singkatnya
ia telah memiliki intelegensi. Intelegensi itu ialah faktor total. Berbagai
macam jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan,
perhatian, minat dan sebagainya yang turut mempegaruhi intelegensi seseorang).
2. Prinsip-prinsip
pembentukan kematangan, di antaranya:
a. Semua
aspek pertumubuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness.
b. Pengalaman
seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu.
c. Pengalaman
mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian
inidividu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah.
d. Apabila
readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang,
maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi
perkembangan pribadinya.
3. Adanya ciri-ciri kematangan pada diri anak
ditandai dengan adanya:
a. Perhatian
si anak
b. Lamanya
perhatian berlangsung
c. Kemajuan
jika diajar atau dilatih.
4. Dalam proses perkembangan atau belajar, fungsi
kematangan itu adalah sebagai berikut:
a. Pemberi bahan mentah atau bahan baku bagi
sebuah perkembangan; misalnya kematangan otot dan urat kaki sebagai bahan untuk
perkembangan berjalan.
b. Pemberi
batas dan kualitas perkembangan, makin baik kualitas perkembangan suatu fungsi
akan semakin baik kualitas hasil perkembangan yang akan terjadi dan juga
sebaliknya.
c. Pemberi kemudahan bagi pendidik atau pengasuh
apabila melatih, membimbing ataupun mengajarnya.
Kematangan disebabkan karena perubahan
“genes” yang menentukan perkembangan struktur fisiologis dalam system saraf,
otak dan indra, sehingga semua itu memungkinkan individu matang dalam
mengadakan reaksi-reaksi terhadap stimulus lingkungan. Lingkungan atau kultur
juga berperan sebagai penyumbang pembentukan readiness (kesiapan belajar)
karena stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu
mempengaruhi perkembangan mental, kebutuhan, minat, dan tujuan-tujuan,
perasaan, dan karakter individu yang bersangkutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Utomo, Lilik Wahyu.
2007. Psikologi Belajar. Purworejo:
Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Sukmadinata, Nana
Syaodih. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.