BAB I
PENDAHULUAN
Yang melatar belakangi penulisan makalah ini adalah
sebagai tambahan wawasan kepada kita semua dalam hal belajar mengajar. Sebagai
calon pendidik kita diharapkan mampu untuk mengendalikan kelas dengan memahami
berbagai karakter siswa yang berbeda. Dengan adanya makalah ini kita akan
bertamabah wawasan kita mengenai ilmu
psikologi penddidikan itu sendiri.
Makalah ini berisi tentang
sejarah,cakupan dan penerapan metode psikologi pendidikan. Dengan ini kita diharapkan mampu untuk
menghidupkan suasana kelas dan mengenali karakter masing-masing siswa sehingga
kita mampu menerapkan sistem belajar kepada setiap masing-masing individu
secara merata.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Psikologi Pendidikan
Psikologi
pendidikan
merupakan sub disiplin ilmu psikologi. Secara etimologis, psikologi berasal
dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu.
Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau
ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Psikologi pendidikan merupakan
gabungan dari dua bidang studi yang berbeda.
1.
Pertama adalah psikologi yang
mempelajari segala sesuatu tentang pikiran dan perilaku manusia serta
hubungannya dengan manusia. Tentu saja tidak hanya mempelajari manusia dalam
kesendiriannya, melainkan juga mempelajari manusia dalam hubungannya dengan
manusia lain.
2.
Kedua adalah pendidikan itu sendiri
atau lebih khusus adalah sekolah. Jadi, sebagai sebuah subdisiplin ilmu sendiri
dalam psikologi, psikologi pendidikan memfokuskan diri pada pemahaman proses
pengajaran dan belajar yang mengambil tempat dalam lingkungan formal.
Psikologi pendidikan berkaitan
dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang. Psikologi pendidikan
dideskripsikan oleh E. L. Thorndike pada tahun 1903 sebagai “middlemen mediating between the science of
psychology and the art of teaching”. Dalam banyak studi, secara
singkat, psikologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang
mengaplikasikan ilmu psikologi dalam dunia belajar dan guru.
B.
Sejarah Perkembangan Psikologi
Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah cabang
psikologi. Karena psikolgi sebagai ilmu pengetahuan yang masih muda usianya,
maka psikologi pendidikan sebagai cabangnya lebih-lebih masih muda usianya.
Berhubung dengan itu, ia masih dalam proses perkembangan. Di sana sini masih
banyak problem yang masih memerlukan pemecahannya dan masih banyak hal-hal yang masih perlu
pengembangannya. Akan tetapi, walaupun ditinjau dari segi ilmu pengetahuan
usianya masih sangat muda, akan tetapi pemikirannya (dalam arti yang menyangkut
pendidikan dan problem jiwa) telah dipikirkan oleh orang sejak dahulu kala.
Demikianlah misalnya, sampai ada yang mengatakan bahwa saat timbulnya yang
mula-mula tentang psikologi pendidikan dapat diikuti jejaknya kembali pada
Aristoteles. Bahwa Aristoteles sebagai seorang filsuf telah menyusun
periode-periode perkembangan anak, sifat-sifat anak menurut periode dan bentuk
pendidikan yang perlu diselenggarakan sesuai dengan periode-periode itu.
Walaupun demikian, tentu saja pemikirannya baru merupakan pemikiran secara
filsafat, belum merupakan pemikiran psikologi pendidikan.
Upaya-upaya yang bersifat semi
ilmiah dipelopori oleh para pendidik, seperti Pestalozzi, Herbart, Frobel dan
sebagainya. Mereka itu sering dikatakan sebagai pendidik yang mempsikologikan
pendidikan, yaitu dalam wujud upaya memperbaharui pendidikan dengan melalui
bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat usia, metode yang sesuai dengan bahan
yang diajarkan dan sebagainya, dengan mempertimbangkan tingkat-tingkat usia dan
kemampuan anak didik. Pestalozzi misalnya, dengan upayanya itu kemudian sampai
pula pada pola tujuan pendidikannya, yang disusun dengan “bahasa” psikologi
pendidikan; dikatakan olehnya bahwa tujuan pendidikan adalah tercapainya
perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga dan daya-daya jiwa. Adapun Frobel
Menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian melalui
perkembangan sendiri, akativitas dan kerja sama social dengan semboyan “belajar
sambil bekerja”. Herbart bahkan telah menyusun pola rangkaian cara menyampaikan
bahan pelajaran, berturut-turut: persiapan, penyajian, asosiasi, generalisasi
dan aplikasi. Tentu saja sifat dan luasnya usaha yang mereka hasilkan dan
sumbangkan sesuai dengan zamannya, yaitu bahwa psikologi sebenarnya pada zaman
itu belum berdiri sebagai ilmu pengetahuan yang otonom.
Akhir abad 19 penelitian-penelitian
dalam lapangan psikologi pendidikan secara ilmiah sudah semakin maju. Di Eropa
Ebbinghaus mempelajari aspek daya ingatan dalam hubungannya dengan proses
pendidikan. Dengan penelitiannya itu misalnya terkenallah Kurve Daya Ingatan,
yang menggambarkan, bahwa kemampuan mengingat mengenai sejumlah objek
kesan-kesannya semakin lama semakin berkurang (menurun), akan tetapi tidaklah
hilang sama sekali.
Pada awal
abad 20, pemerintah Prancis merasa perlu untuk mengetahui prestasi belajar para
pelajar yang dirasa semakin menurun. Pertanyaannya yang ingin dijawab, apakah
prestasi belajar itu semata-mata hanya tergantung pada soal rajin dan malasnya
si pelajar, ataukah ada factor kejiwaan atau mental yang ikut memegang peranan.
Maka untuk memecahkan problem itu ditunjuklah seorang ahli psikologi yang
bernama Alfred Binet. Dengan bantuan Theodore Simon, mereka menyusun sejumlah
tugas yang terbentuk dalam sebuah tes baku untuk mengetahui inteligensi para
pelajar. Tes ini kemudian dikenal dengan tes Inteligensi. Tes inteligensi
Binet-Simon ini sangat terkenal, yang kemudian banyak dipakai di Amerika
Serikat, yang di negeri itu mengalami revisi berkali-kali untuk mendapat
tingkat kesesuaiannya dengan masyarakat atau orang-orang Amerika. Di antara para ahli yang mengambil
bagian dalam revisi-revisi itu misalnya : Stern, Terman, Merril dan
sebaagainya.
C.
Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Jika kita bertanya mengenai lingkup
(scope) psikologi pendidikan, maksudnya bertanya tentang apa saja yang
dibicarakan oleh psikologi pendidikan, maka berdasarkan berbagai buku psikologi
pendidikan akan diperoleh jawaban yang berbeda-beda. Sebagian buku menunjukan
lingkup yang luas, sedangkan buku-buku yang lain menunjukkan ingkup yang lebih
sempit atau terbatas. Buku yang lingkupnya lebih luas biasanya membahas selain
proses belajar juga membahas tentang perkembangan, hereditas dan lingkungan,
kesehatan mental, evaluasi belajar dan sebagainya. Sedangkan buku yang
lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada soal proses belajar mengajar
saja.
Perbedaan ini sangat dipengaruhi
oleh maksud penulis dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud hanya memberikan
pengantar saja, sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas, akan
tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada yang lingkup pembahasannya tidak luas,
yaitu berkisar pada proses belajar, akan tetapi pembahasannya cukup mendalam.
Jadi, boleh dikatakan bahwa tidak ada dua buku psikologi pendidikan yang
menunjukkan ruang lingkup materi yang sama benar.
Walaupun demikian, pada dasarnya
psikologi pendidikan membahas hal-hal sebagai berikut:
1. Hereditas dan Lingkungan
2. Pertumbuhan dan Perkembangan
3. Potensial dan Karakteristik Tingkah laku
4. Hasil Proses Pendidikan dan
Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal dan Sosial
5. Higiene Mental dan Pendidikan
6. Evaluasi Hasil Pendidikan
D.
Metode-Metode Psikologi Pendidikan
Metode merupakan cara yang digunakan
atau jalan yang ditempuh menuju ketujuan tertentu. Maka metode psikologi
pendidikan adalah cara yang digunakan atau jalan yang ditempuh untuk sampai
pada tujuan psikologi pendidikan, yaitu mendapatkan asas-asas, pokok-pokok,
atau prinsip-prinsip tentang tingkah laku anak didik dalam situasi pendidikan
dan yang dapat membantu pendidikan. Dalam hal-hal tertentu dan dalam
batas-batas tertentu, metode ini juga dapat dipergunakan oleh para pendidik
atau para guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem pendidikan.
1.
Metode Observasi
Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku anak didik dalam situasi yang
wajar, dilaksanakan dengan berencana, kontinyu dan sistematik, serta diikuti
dengan upaya mencatat atau merekam secara lengkap. Dengan sifat wajar, berarti
bahwa anak didik itu dalam keadaan tidak dibuat-buat dan tidak mengetahui anak
didik itu sedang di observasi. Berencana berarti bahwa sebelum observasi
dilaksanakan harus ada persiapan yang matang tentang aspek-aspek tingkah laku
yang akan di observasi. Dengan kontinyu berarti bahwa dalam melaksanakan observasi
harus bersambungan antara periode yang satu dengan periode yang lain.
2.
Metode Experimen
Experimen
merupakan metode psikologi yang paling umum. Biasanya digunakan untuk mencari
hubungan antar variabel. Ciri utama dari metode ini adalah peneliti bias
mengubah-ubah situasi sesuai dengan tujuan penelitian. Jadi situasi dalam
eksperimen sengaja dibuat. Metode ini biasanya digunakan untuk mencari
hukum-hukum saja mengenai berbagai tingkah laku dan kurang memperhatiakan
perbedaan individu.
3. Metode Kuesioner
Kuesioner sering disebut juga angket
(Prancis : enquete). Berupa daftar yang memuat sejumlah pertanyaan yang
disampaikan kepada subjek untuk dikerjakan (dijawab). Jawaban-jawaban itu
kemudian dianalisis dan disimpulkan. Pada umumnya jawaban itu sudah tersedia,
sehingga subjek tinggal memilih jawaban yang tepat untuk setiap item. Ditinjau
dari segi penjawab, dapat dibedakan atas dua macam, yaitu langsung (direct) dan
tak langsung (indirect). Disebut langsung jika yang harus menjawab adalah
subjek itu sendiri, dan disebut tak langsung jika yang menjawab harus menjawab
adalah orang yang mengetahui hal-ikhwalnya subjek itu.
4. Metode Wawancara
Wawancara adalah Tanya jawab antara
si pemeriksa dan orang yang diperiksa dengan tujuan orang tersebut mau
mengungkapkan pendapat, pandangan, dan isi hatinya.
5. Metode Ilmiah
Merupakan prosedur yang sistematik
dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan objektif yang
terbuka untuk dikritik, dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin
ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya. Digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan perilaku yang lebih kompleks harus bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
6. Metode Diferensial
Digunakan untuk meneliti
perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik. Menggunakan
berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket, dsb) serta menggunakan statistik
untuk menganalisis
7. Metode Klinis
Pada mulanya, metode
penyelidikan klinis hanya digunakan oleh para psikiater. Dalam metode ini
terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta
cara-cara memberikan perlakuan pemulihan terhadap kelainan jiwa tersebut.
Metode ini biasa digunakan
bagi anak yang mengalami penyimpangan psikologi dan perilaku. Oleh karena itu
penggunaan sarana dan alat-alat yang digunakan harus memperhatikan batas
kesanggupan siswa, dengan tetap menjaga ketelitian. Sasaran metode ini adalah adalah memastikan
sebab timbulnya ketidak normalan perilaku seseorang siswa atau sekelompok kecil
siswa. Kemudian berdasarkan kepastian faktor penyebab itu penelitian berupaya memilih dan menentukan cara yang
tepat mengatasi penyimpangan tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Psikologi
Pendidikan adalah bagian dari psikologi umum pada mulanya, psikologi pendidikan,
dikenalkan oleh Aristoteles secara filsafat. Namun demikian, pemikiran
Aristoteles tersebut belum bisa dikatakan sebagai psikologi pendidikan.
Kemudian, upaya-upaya bersifat semi
ilmiah pun muncul, diantaranya dipelopori oleh para pendidik, seperti
Pestalozzi, Herbar dan Frobel. Lalu pada akhir abad 19, penelitian psikologi
pendidikan semakin maju, seperti di Eropa, Ebbinghaus, yang mempelajari aspek
daya ingatan dalam hubungannya dengan proses pendidikan.
Selanjutnya , pada awal abad 20,
mulailah bermunculan tokoh-tokoh psikologi pendidikan, seperti di Prancis, ada
Alfred Binct, Theodore Simon, dan juga di Amerika Serikat, ada Charles H. Judd,
E. L. Thorndike dan B. F. Skinner.
Dan
ruang lingkup psikologi pendidikan itu sendiri adalah
1. Hereditas dan Lingkungan.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan.
3. Potensialitas dan Karakteristik
tingkah laku.
4. Hasil Proses Pendidikan dan
Pengaruhnya terhadap individu yang bersifat personal dan social.
5. Higiene mental dan Pendidikan
6. Evaluasi hasil Pendidikan.
Kemudian dari pada itu, terdapat
pula metode-metode dalam psikologi pendidikan yang fungsinya adalah sebagi cara
atau jalan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari Psikologi Pendidikan. Metode-metode
tersebut adalah
1.
Metode Observasi
2. Metode
Experimen dan Test
3.
Metode Kuesioner dan Interview
4.
Metode Ilmiah
5.
Metode Diferensial
6.
Metode Klinis
DARTAR
PUSTAKA
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1976. Pengantar
Umum Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang.
Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar
Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Thoantowi, Ahmad. 1991. Psikologi Pendidikan.
Angkasa. Bandung. http://kakadens.blogspot.com/2011/01/ruang-lingkup-psikologi-pendidikan_09.html